Antisipasi Kepadatan, Polda Jabar Siapkan Rekayasa Lalu Lintas
Polisi menyiapkan rekayasa lalu lintas untuk mengantisipasi kemacetan pada libur Natal 2016 dan malam pergantian tahun.
Laporan Wartawan Tribun Jabar, Teuku Muh Guci S
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG – Polisi menyiapkan rekayasa lalu lintas untuk mengantisipasi kemacetan pada libur Natal 2016 dan malam pergantian tahun.
Rekayasa lalu lintas itu berlakukan di lokasi yang berpotensi terjadi stagnan, satu di antaranya kawasan Puncak, Bogor. Polisi akan memberlakukan buka dan tutup jalur tergantung situasi di lapangan.
“Arus lalu lintas di puncak ini berat karena jalannya kecil dan menanjak. Makanya perlu ada rekayasa lalau lintas, penutupan tergantung situasi,” kata Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Yusri Yunus, di Gedung Sate, Jalan Dipenogoro, Kota Bandung, Kamis (22/12/2016).
Tak hanya kawasan Puncak, Polda Jabar juga akan memberlakukan contra flow di Tol Cipularang jika arus lalu lintas stagnan. Contra flow rencananya diberlakukan di KM 67-41.
“Antisipasi libur Natal dan tahun baru ini seperti penanganan libur mudik Lebaran. Ada tiga jalur utama yang harus kita amankan selama Operasi Lilin. Pantura, Jalur tengah, dan selatan. Kami juga dirikan
pospam,” ujar Yusri.
Yusri mengatakan, pihaknya juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah yang wilayahnya menjadi jalur perlintasan pemudik dan wisatawan.
Pemerintah daerah diminta untuk melengkapi sarana dan prasarana jalan untuk mempermudah perjalanan pemudik atau wisatawan yang berlibur.
“Tempat rawan bencana longsor juga kami minta pemerintah daerah siapkan alat berat. Contoh di nagreg, ruas tol cipali, sudah disiapkan. Agar bisa langsung diantisipasi dan tidak perlu menuggu
lagi,” beber Yusri.
Terkait dengan rest area, kata Yusri, pihaknya juga meminta pengelola jalan tol menyiapkan kantong parkir untuk mengurangi kepadatan.
Pertamina, kata dia, pun menyiapkan motor bergerak untuk pengisian BBM jika rest area penuh.
“Untuk gerbang keluar tol, akan ada penambahan personel melakukan untuk pembayaran jemput bola. Karena jika satu mobil harus menghabiskan enam detik maka bisa ada 3-5 mobil yang masih mengantre
di belakang. Jadi harus sistem jemput bola,” kata Yusri.