Sulawesi Selatan Inflasi 0,32 Persen di Bulan September
Sulawesi Selatan mengalami inflasi 0,32 persen pada bulan September 2016 karena adanya sejumlah komoditi yang mengalami lonjakan harga.
Laporan Wartawan Tribun Timur, Fahrizal Syam
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Sulawesi Selatan mengalami inflasi 0,32 persen pada bulan September 2016. Hal itu disebabkan karena adanya sejumlah komoditi yang mengalami lonjakan harga.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan, Nursam Salam mengatakan, inflasi terjadi karena terdapat enam kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan harga.
Kenaikan harga itu ditunjukkan oleh naiknya indeks harga pada kelompok bahan makanan sebesar 0,42 persen, kelompom makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 0,10 persen, kelompok perumahan air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,09 persen.
"Ada juga kelompok kesehatan sebesar 0,28 persen, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebedar 0,15 persen, dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan 1,03 persen," ujar Nursam pada jumpa pers yang berlangsung di Kantor BPS Sulsel jalan Haji Bau Makassar, Senin (3/10/2016).
Meski sebagian besar mengalami inflasi, namun ada satu kelompok yang mengalami deflasi yaitu kelompok sandang sebesar -0,10 persen.
"Inflasi tertinggi itu pada kelompok transportasi, karena ada penemuan di lapangan, terdapat suatu daerah yang menaikkan tarif angkutan tanpa melalui peraturan daerah," ungkap Nursam.
Nursam menyebutkan, kenaikan tarif angkutan tersebut dilakukan sepihak oleh sebuah perusahaan oto (PO) di kota Palopo, namun kini telah diatasi oleh dinas terkait di Palopo.
Selain karena kelompok pengeluaran, ada lima komoditi tertinggi yang juga menyebabkan terjadinya inflasi Sulsel.
"Kelima komoditi yang mengalami kelonjakan harga seperti tarif pulsa, bawang merah, ikan layang, ikan bandeng, dan daging ayam ras," jelasnya.
Di Sulsel kata Nursam kabupaten yang meraih posisi inflasi tertinggi adalah Bulukumba.
"Bulukumba mengalami inflasi sebesar 0,60 persen, dan daerah yang terendah adalah Palopo sebesar 0,05 persen," jelas Nursam.
Hanya ada satu kota di Sulsel yang mengalami deflasi yaitu Parepare dengan angka -0,50 persen, namun hal itu menurut Nursam secara umum tak mampu mendukung sepenuhnya terjadinya deflasi di Sulsel pada September lalu.
Meski inflasi kembali terjadi di Sulsel pada September lalu, Nursam berharap pada Oktober mendatang deflasi bisa kembali terjadi seperti Agustus lalu.
Diketahui pada Agustus lalu deflasi terjadi di Sulsel sebesar 0,44 persen.