Jumat, 3 Oktober 2025

Energi Positif dari Orangtua, Fransiskus Balita Penderita Hydrocephalus Tetap Aktif

Kurang lebih satu setengah tahun berlalu, seiring itu pula pembesaran kepala Fransiskus orangtua, tidak hentinya orangtua mencurahkan kasih saya

Editor: Eko Sutriyanto
Tribun Kaltim/ Muhamad Arfan
Simon Sina (kanan) dan Patricia Nona (kiri) mendapingi balitanya Fansiskus Wendilinus yang menderita hydrocephalus, Sabtu (3/9/2016) di RSUD Soemarno Sosroatmodjo, Kabupaten Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara 

Laporan Wartawan Muhammad Arfan 

TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG SELOR - Meski dirundung kesusahan, curahan kasih orangtua tak hentinya mengalir kepada sang buah hati.

Bisa jadi dengan energi positif itu, balita Fransiskus Wendilinus tetap aktif layaknya balita lain.

Fransiskus Wendilinus, lahir pada hari Jumat malam, 3 April 2015.

Keesokan paginya, balita imut itu didiagnosa menderita penyakit hydrocephalus yang ditandai dengan pembesaran kepala.

Kurang lebih satu setengah tahun berlalu, seiring itu pula pembesaran kepala Fransiskus semakin bertambah.

Sang orangtua, tak hentinya mencurahkan kasih sayangnya.

Simon sang ayah, terus membanting tulang untuk menghidupi keluarga sekaligus menopang sedikit demi sedikit biaya pengobatan.

"Penghasilan saya tidak seberapa. Cuma bisa untuk makan keluarga sehari-hari. Syukur kalau bisa untuk beli obat anak saya ini, apalagi untuk ditabung. Buruh sawit, gaji saya per hari Rp 90 ribu," ujarnya saat ditemui Tribun Kaltim di Ruang Avatar RSUD Soemarno Sosratmojo Bulungan, Provinsi Kalimantan Utara.

Sembari sang ayah bercerita kepada Tribun Kaltim, balita Fransiskus tiba-tiba menangis di atas pembaringan ruang Avatar RSUD Soemarno Sosroatmodjo Kabupaten Bulungan.

Patricia, ibu Fransiskus yang duduk pojok ranjang yang awalnya menyimak pembicaraan kami, sontak mengalihkan perhatiannya.

Tangannya mengusap-usap pipi Fransiskus dengan lembut. Ia juga mengusap kepala anak bungsunya itu.

"Dia lagi lapar Mas. Ini makannya bubur kacang merah. Dikasih sama dokter," sebut Particia sambil menyuapi Fransiskus. Fransiskus diam seketika. Mulutnya tampak mengemut bubur di rongga mulutnya.

Patricia sudah tahu betul keinginan anak bungsunya. Selesai diberi beberapa suap bubur, Fransiskus menangis lagi. Ia kemudian diberi ASI.

Tangannya aktif bergerak. Kakinya pun demikian.

"Dia aktif sekai kok Mas. Tapi dia tidak bisa gerakkan kepalanya. Harus saya bantu," sebut sang ibu.

Andai tak mengalami hydrocephalus, Fransiskus bisa jadi sudah bisa berlari-lari kecil.

Bahkan penuturan ibunya, Fransiskus sangat penurut.

"Kalau sementara nangis, kakaknya bilang diam. Dia langsung diam. Artinya dia sudah mulai paham apa yang kita ucapkan," sebutnya.

Sang ibu sendiri tak pernah mengenal lelah mengasuh saudara dari Magdalena (16), Theresia Marlina (12), Alowisus Vira (10) itu.

"Ini anugerah Tuhan. Saya rawat semampu saya," ujarnya.

Bahkan selama di Desa Sajau Kecamatan Tanjung Palas Timur, terhitung sudah empat kali Patricia mendatangkan orang pintar.

"Saya tidak macam-macam. Cuma minta doakan anak saya supaya bisa disembuhkan penyakitnya," tuturnya.

Kabar tentang penyakit yang diderita Fransiskus sudah diketahui dua saudara tuanya.

"Kami telepon anak kami yang di kampung Belamo, di Maumere sana. Kebetulan Magdalena sama Theresia itu di sana. Tidak ikut ke sini. Saya bilangi, banyak-banyak ibadah, sembahyang. Doakan adikmu supaya bisa sembuh," sebutnya.

Menurut Patricia, separuh doa-doa itu sudah diijawab Tuhan.

Beberapa warga dan pejabat di Bulungan sudah turut serta membantu meringankan keluarga kecilnya.

Kesembuhan putra bungsunya itu adalah harapan terbesar Patricia. 

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved