Abdul Karim Membayangkan Mati Saat Tubuhnya Melayang dari Jembatan 7 Meter
Ambruknya Jembatan Balang, di Dusun Kol-bukkol, Kelurahan Kowel, Kecamatan Kota Pamekasan, Madura, menjadi duka bagi keluarga Abdul Karim.
TRIBUNNEWS.COM, PAMEKASAN – Ambruknya Jembatan Balang, di Dusun Kol-bukkol, Kelurahan Kowel, Kecamatan Kota Pamekasan, Madura, menjadi duka bagi keluarga Abdul Karim.
Abdul Karim yang sehari-hari sebagai penjahit baju tidak menyangka terjun dari jembatan tujuh meter bersama istri, anak dan saudaranya.
Ia membayangkan, ketika melayang dari jembatan penghubung antara Kelurahan Kowel dengan Desa Toronan akan tewas atau setidaknya tubuhnya remuk.
“Waktu jembatan ambruk, tubuh saya melayang lalu tubuh saya jatuh duduk membentur bongkahan batu di dasar sungai. Rasanya sakit sekali dan saya tidak bisa bergerak,” kata Abdul Karim, dengan kalimat terbata-bata.
Ketika mengetahui tidak mati, pikirannya ingat pada Holifah, istri dan Dini Arianti, anaknya yang ikut terjun. Namun ia tidak melihat di mana keberadaan Dini Arianti.
Sebab Dini yang masih duduk di bangku kelas II SMK Pesantren Miftahul Kulub, Masyaran, Polagan, Kecamatan Galis itu, tubuhnya tertimpa jembatan.
Sementara istrinya terlentang di dasar sungai dengan tubuh terganjal batu yang menonjol.
Adiknya, Abdul Jalil, tengah berjuang berusaha menyangga bambu jembatan yang menindih tubuh anaknya.
“Rupanya adik saya tidak kuat mengangkat bambu jembatan yang menindih tubuh anak saya, sehingga dilepas dan anak saya tertindih kembali dengan kepala tenggelam di air. Mujur, kejadian ini banyak warga yang menolong dengan segera, jika tidak, tentu keluarga saya ada yang meninggal tenggelam di air,” kata Abdul Karim.
Holifah menambahkan, dengan musibah ini dirinya hanya pasrah kepada Allah.
Ia juga bingung untuk kelangsungan hidup sehari-harinya ke depan selama suami dan dirinya belum sembuh, tidak tahu harus bagaimana.
Padahal, saat ini baju milik pelanggan yang belum dijahit masih menumpuk karena ada sebagian yang akan diambil setelah Hari Raya Kupatan.
Dikatakan, ambruknya jembatan itu diduga bambunya sudah rapuh, akibat kehujanan dan kepanasan.
“Sebenarnya jembatan akan diperbaiki. Bambu yang sudah rapu siap diganti. Rencananya akan dikerjakan sesudah lebaran ini, tapi apa boleh buat, jembatannya keburu ambruk,” ujar Holifah, yang juga tergolek, di dalam rumahnya, Jumat (8/7/2016).
Seperti diberitakan, Jembatan Balang, panjang 10 meter, lebar satu meter yang terbuat dari bambu ambruk, mengakibatkan lima warga yang masih satu keluarga menglami patah tulang.