Serangan Gajah Liar Buat Warga Desa Tangga Besi Resah
Para petani di Desa Tangga Besi mengaku frustasi dan tidak tahu harus berbuat apa untuk mengatasi gangguan binatang berbelalai tersebut.
TRIBUNNEWS.COM, SUBULUSSALAM - Para petani di wilayah Desa Tangga Besi, Kecamatan Simpang Kiri, Kota Subulussalam hingga kini masih diresahkan gangguan gajah liar.
Gajah-gajah itu kerap masuk ke areal perkebunan dan mengobrak-abrik tanaman warga.
Berbagai upaya telah dilakukan, namun tetap saja setelah diusir gajah-gajah itu pergi namun hari berikutnya kembali datang.
Hancur-hancuran kebun kami, karena gajah itu masih berkeliaran,” kata Anwar Manik, pemilik kebun kepada Serambi, Rabu (22/6/2016).
Menurut Anwar, satwa dilindungi itu berjumlah dua ekor dan telah melumat ratusan batang pohon kelapa sawit serta tanaman lainnya milik warga setempat.
Dikatakan, rusaknya ratusan batang sawit dan tanaman palawija lainnya akibat amuk hewan liar itu sangat merugikan petani.
Apalagi tanaman sawit yang dirusak tersebut rata-rata sudah berumur 2-3 tahun, dan masih dalam perawatan.
“Jika saja tidak dirusak gajah, minimal setahun ke depan sudah berbuah pasir,” kata ujar Anwar.
Para petani di Desa Tangga Besi mengaku frustasi dan tidak tahu harus berbuat apa untuk mengatasi gangguan binatang berbelalai tersebut.
Sebab, meskipun sudah berulangkali diusir dan sudah kembali ke hutan, namun tetap saja muncul dan memporak-porandakan isi kebun penduduk setempat.
Masalahan, laporan warga kepada instansi pemerintah juga sia-sia lantaran tak adanya tindak lanjut dengan alasan ketiadaan dana.
Warga menambahkan, bukan hanya kelapa sawit, namun sejumlah tanaman lainnya, seperti karet, pisang, kelapa, dan tanaman palawija tidak luput digasak gajah.
Warga kini diliputi rasa cemas, soalnya kedatangan satwa ini sulit ditebak, muncul secara tiba-tiba di sekitar areal pinggiran hutan yang berbatasan dengan kebun.
Lebih jauh dikatakan, gajah tersebut biasanya memakan pohon sawit berumur satu sampai dua tahun.
Pohon itu tercabut sampai ke akar-akarnya.
Seekor gajah bisa memakan puluhan batang sawit dalam semalam.
Bahkan, tidak jarang hewan ini juga menginjak-injak pohon sawit hingga mati.
Para petani setempat mengaku mengalami kerugian yang cukup besar akibat ulah hewan bertelinga lebar itu.
“Selama ini BKSDA turun bukan menangkap gajah, tapi mengusir dengan petasan, makanya tidak ada tuntas-tuntasnya masalah gajah di Subulussalam,” timpal warga lainnya.
Untuk itu, warga berharap agar Pemko Subulussalam segera mengupayakan penangkapan gajah liar tersebut.
Soalnya, kalau masih terus berkeliaran dihawatirkan akan mengganggu ketenteramaan warga.
Ditambahkan, hewan berbadan besar itu kerap beraksinya pada malam hari.
Bahkan, gajah tersebut kini menjadi momok menakutkan bagi warga yang ingin datang ke kebun untuk mencari nafkah. (lid)