Kerangka Manusia Purba Ditemukan di Situs Purbakala Gilimanuk
Tim Balai Arkeologi Bali Wilker NTB, NTT ini melakukan ekskavasi di dalam ruangan museum terbuka yang masih dalam kawasan Museum Manusia Purba.
TRIBUNNEWS.COM, NEGARA - Tim Balai Arkeologi Bali Wilayah Kerja (Wilker) Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali melaksanakan ekskavasi atau penggalian di situs purbakala Gilimanuk di Lingkungan Asri, Kelurahan Gilimanuk, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Bali, Selasa (14/6/2016).
Ekskavasi yang direncanakan berlangsung selama dua pekan ini dilakukan setelah adanya temuan kerangka manusia purba Gilimanuk pada awal 2016 lalu.
Pantauan Tribun Bali (Tribunnews.com Network) kemarin, Tim Balai Arkeologi Bali Wilker NTB, NTT ini melakukan ekskavasi di dalam ruangan museum terbuka yang masih dalam kawasan Museum Manusia Purba Gilimanuk.
Pada Januari 2016, di dalam ruangan tersebut, Tim Arkeologi mengungkapkan keberadaan kerangka Manusia Purba Gilimanuk di kedalaman 1,5 meter dengan luas 2x2 meter.
Kepala Balai Arkeologi Bali Wilker NTB, NTT, I Gusti Made Suarbawa saat ditemui di sela-sela ekskavasi mengatakan, temuan terakhir yaitu kerangka manusia purba Gilimanuk tersebut diperkirakan berjumlah dua individu.
Sesuai kajian, kerangka itu diperkirakan berasal dari 257 tahun Sebelum Masehi (SM).
Manusia Purba berasal dari Ras Austronesia dengan campuran Ras Mongoloid.
"Kerangkanya sudah tidak utuh lagi, bagian rusuknya banyak yang hilang. Jadi kami belum bisa memastikan jenis kelaminnya apa. Sekarang masih dilakukan ekskavasi di sekitarnya karena di sini zona padat temuan arkeologi," terangnya.
Untuk memastikan asal muasal temuan benda-benda purbakala, kata dia, dilakukan dengan menggunakan Carbon C14 (Radio Carbon Dating).
Dari ratusan temuan arkeologis pada lahan seluas 20 hektare (ha) di situs Purbakala Gilimanuk sejak tahun 1963 silam, bisa ditarik kesimpulan Situs Purbakala Gilimanuk sejak zaman Pra Sejarah telah menjadi gerbang Pulau Bali.
Berdasarkan sejumlah temuan arkeologis berupa benda-benda bekal kubur Manusia Purba Gilimanuk seperti gabah atau priuk serta perhiasan-perhiasan lainnya menunjukkan motif yang sama dengan temuan Arkeologis di tempat lainnya di Pulau Jawa.
Bahkan sejumlah temuan juga mengindikasikan jika Gilimanuk ini dulunya terpisah dengan Pulau Bali yang akhirnya bersatu oleh proses alam dengan batasnya yang diperkirakan ada di Pura Puseh Gilimanuk yang berdiri di tebing karang cukup tinggi.
"Bahkan berdasarkan analisis DNA, manusia purba Gilimanuk ini diduga merupakan nenek moyangnya masyarakat Bali asli karena banyak kemiripannya. Mulai tinggi badan, struktur gigi, dan lainnya," bebernya.
"Di sini dulunya perkampungan dan jadi tempat kuburnya manusia purba Gilimanuk. Tujuan ekskavasi kami kali ini ialah bagaimana bisa mencerminkan sistem Nekropolis Manusia Purba Gilimanuk dan keanekaragamannya," jelas Suarbawa.
Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Dikporaporbud) Jembrana, melalui Kepala Bidang Kebudayaan, AA Ngurah Mahadikara mengatakan hingga saat ini pihaknya sudah mengoleksi 1.033 buah benda Arkeologis.
Dari jumlah tersebut, 140 lebih set rangka Manusia Purba Gilimanuk bersama bekal kuburnya ditemukan di Situs Purbakala Gilimanuk dengan cakupan 20 hektare (ha).
Temuan Arkeologis tersebut, kata dia, dimulai pada tahun 1963 yang diprakarsai oleh Prof Dr Raden Panji Soejono.
Sejak saat itu, Situs Purbakala Gilimanuk ini mulai ramai dilakukan penelitian dari universitas-universitas ternama di Indonesia.
Namun, kebanyakan hasil ekskavasi tersebut tidak bisa ditampung di Museum Manusia Purba Gilimanuk karena tidak memadainya fasilitas penyimpanan atau storages dan akhirnya disimpan di sejumlah universitas dan Balai Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Bali.
"Dulu luas Situs Purbakala Gilimanuk ini mencapai 20 ha. Tapi sekarang yang bisa diselamatkan hanya 5 ha saja. Sisanya telah beralih fungsi menjadi HGB (Hak Guna Bangunan) pemukiman penduduk sini," tandas Mahadikara.