Selasa, 7 Oktober 2025

Ucapan Terakhir Sang Suami yang Diingat Rina: Saya Pamit Dulu, Hati-hati di Rumah

Faoji berangkat dari rumah untuk berlayar sejak 16 Oktober 2015 lalu.

Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUN JATENG/NET
Faozi bin Tolib (37 tahun) yang meninggal saat berlayar di wilayah Uruguay.Faozi bekerja di kapal nelayan milik perusahaan Dalian International Cooperation Pelagic Fisheries Co. Ltd asal China. 

Laporan wartawan Tribun Jateng, Fajar Eko Nugroho

TRIBUNNEWS.COM, TEGAL-Selama berlayar selama tujuh bulan dengan kapal berbendera China, Faoji tidak pernah memberikan kabar sama sekali kepada pihak keluarganya.

Faoji berangkat dari rumah untuk berlayar sejak 16 Oktober 2015 lalu.

"Mas Faoji berangkat dari rumah awalnya ke perusahaan penyalurnya di Jakarta dulu. Setelah itu ke Singapore pada tanggal 18 Oktober 2015 lalu untuk bergabung dengan kapal yang dimaksud," kata Rina Hartini istri Faoji saat ditemui, Sabtu (21/5/2016).

Ia membeberkan, pihak perusahaan penyalur PT Fachrur Bunga Tanjung awalnya menjanjikan suaminya bekerja di kapal berbendera Rusia.

Namun ternyata Ingkar setelah diberangkatkan dan tiba di Singapura suaminya ditempatkan di kapal berbendera China.

"Selama tujuh bulan itu, suami saya tidak pernah memberikan kabar sama sekali. Hanya sebelum berangkat berlayar waktu berada di Singapura sempat nelpon," ungkap Rina.

"Katanya, ini mau berangkat pakai kapal China, enggak jadi kapal Rusia. Waktu pelayaranya sekitar satu tahun," ujar Rina menirukan perkataan suaminya.

Tidak sampai lima menit Rina berbincang dengan suaminya melalui telepon.

Dari percakapan terakhir yang diucapkan Faoji kepada istrinya, Faoji meminta kepada istrinya hati-hati dirumah dan bersabar menunggu kepulanganya ke Indonesia.

"Saat itu, mas Faoji juga bilang kapalnya berbendera China, Sebagian besar krunya orang China semua. Saya pamit dulu ya mau berangkat, hati-hati dirumah, dan sabar menunggu mas Faoji pulang ke Indonesia satu tahun lagi," kata Rina lirih.

Tak hanya memberikan kabar kepada istrinya, Faoji juga mengabarkan kondisinya kepada keluarga lainya.

Kabar untuk memastikan jika tidak jadi bekerja di kapal Rusia tapi bekerja di kapal China.

"Dapat kabar dari kakaknya yang berlayar di kapal pesiar milik Amerika kalau mas Faoji baru pertama kali berlayar pakai kapal China, karena kan biasanya pakai kapal korea," ungkapnya.

Sebelum berangkat berlayar menggunakan kapal China, Faoji sudah beberapa kali berlayar sejak tahun 2005 lalu.

Namun, pelayaran menggunakan kapal China ini pengalaman pertama Faoji.  Sebelumnya, Faoji selalu bekerja di kapal berbendera korea.

"Selama menikah dengan saya sejak 2005 lalu, sudah empat kali ini mas Faoji berangkat berlayar. Tapi sebelum menikah juga sudah pernah berlayar juga," Rina menjelaskan.

"Sebelum brangkat berlayar yang terakhir ini, dia sempat bekerja sekitar 5,5 tahun di pembuatan pipa logam disini. Tapi karena ingin berangkat berlayar lagi akhirnya keluar dari kerjanya itu," kata dia.

Selama ditinggal suaminya berlayar selama tujuh bulan, tidak ada kabar melalui sms, telepon seluler ataupun yang lainya.

Namun, pada awal bulan Maret 2016 lalu ia mendapatkan transferan uang dari suaminya Faoji untuk yang pertama kali.

"Sejak berangkat berlayar pada bulan Oktober 2015 lalu, mas Faoji baru bertama kirim uang bulan Maret 2016 kemarin sebesar, Rp 4,6 juta. Tidak ada kabar atau sms kepada keluarga kalau mas Faoji mau transfer uang," paparnya.

Menurut dia, besaran uang yang dikirimkan suaminya kepada keluarga jauh dari besaran janji yang semula akan diberikan kepada perusahaan pemilik kapal tersebut.

"Yang jelas jumlah ini jauh sekali apa yang dijanjikan sama penyalur ABK dari pemilik perusahaan kapalnya. Tapi ya sudah saya ikhlas mendapat rejekinya, berapapun jumlahnya saya terima dulu,"paparnya.

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved