Kamis, 2 Oktober 2025

WNI Disandera Abu Sayyaf

Tugboat Marina 1610 Nekat Berlayar ke Filipina

Informasi diperoleh dari Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Banjarmasin, ada kapal yang berlayar ke Filipina.

Penulis: Rahmadhani
Editor: Dewi Agustina

TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Sepuluh Anak Buah Kapal (ABK) Tugboat Brahma 12 yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina baru saja dibebaskan.

Meskipun demikian, bukan berarti jalur pelayaran di Filipina sudah aman. Apalagi masih ada empat ABK Tugboat Christy yang disandera.

Dalam kondisi ketidakpastian, ternyata ada kapal yang berani melayari perairan di Filipina.

Informasi diperoleh dari Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Banjarmasin, ada kapal yang berlayar ke Filipina.

Kapal tersebut adalah Tugboat Marina 1610 menarik tongkang muatan BG Marine Power 3039 bermuatan batu bara sebanyak 7.000 metrix ton dari PT Trans Energy Indonesia.

Penelusuran Banjarmasin Post (Tribunnews.com Network), Selasa (3/5/2016) operator kapal itu adalah PT Pelayaran Nasional Bahtera Bestari Shipping.

Namun, kapal tidak melalui jalur timur yang biasa digunakan dan rawan pembajak jika menuju Filipina, tetapi melalui jalur barat Pulau Kalimantan.

Estimasi para pelaut, jika menuju jalur barat diperkirakan sekitar 100 ton bahan bakar atau 100.000 liter. Namun jika itu lewat jalur timur hanya diperlukan sekitar 80.000 liter. Jika lewat jalur timur memerlukan waktu berlayar 11 sampai 12 hari sementara jika jalur barat memerlukan waktu 16 hingga 17 hari.

Kapal ini sudah berlayar sejak dua hari lalu. Kapal ini juga berlayar tanpa pengawalan dari aparat terkait baik TNI maupun Polri.

Seperti kapal yang berlayar pada umumnya, operator Tugboat Marina 1610 dan tongkang BG Marine Power 3039 sudah mendapat surat persetujuan berlayar dan ditandatangani oleh pihak operator dan KSOP dengan materai Rp 6.000.

Kapal tersebut dinakhodai Mujtahid. Adapun surat persetujuan berlayar ditandatangani Direktur Perusahaan PT Pelayaran Nasional Bahtera Bestari Shipping, Selamet Widodo.

Pada surat itu, tertuang kesanggupan nakhoda TB Marina 1610/BG Marine Power 3039 akan berlayar menuju Manila, Filipina melalui jalur barat Pulau Kalimantan.

Rutenya adalah melalui Sabah-Malaysia dan sebelah barat Pulau Palawan. Rute yang disepakati nakhoda kapal tersebut, disebutkan untuk menghindari jalur rawan konflik. Mereka juga dibekali bahan bakar lebih banyak.

Tertera pula dalam surat pernyataan tersebut, apabila terjadi sesuatu hal di dalam perjalanan, pihak PT Pelayaran Bahtera Bestari Shipping akan bertanggung jawab. Namun, untuk kargo atau muatan di atas tongkang menjadi tanggung jawab pemilik barang.

Adanya surat kesepakatan atau persetujuan itu membuat KSOP Banjarmasin tidak bisa menentang atau menghalang-halangi kapal itu untuk berlayar.

KSOP Banjarmasin hanya bisa meminta kapal berlayar dengan kewaspadaan yang tinggi meskipun di jalur yang aman.

Padahal, sebelumnya, Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) menginstruksikan seluruh anggotanya untuk menghentikan ekspor ke Filipina.

Instruksi ini menindaklanjuti surat edaran Otoritas Pelabuhan (KSOP) Trisakti Banjarmasin, Kalimantan Selatan, yang melarang semua kapal dari Banjarmasin berlayar menuju perairan Filipina lewat jalur timur.

Larangan ini merupakan tindak lanjut dari imbauan Gubernur Kalsel H Sahbirin terkait kerawanan jalur pelayaran ke Filipina.

Keputusan KSOP Banjarmasin memberikan surat belayar kepada TB Marina 1610/BG Marine Power 3039 dinilai tidak menyalahi aturan yang diterbitkan Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

"Kita berani memberikan izin untuk tugboat tersebut berlayar ke Filipina, karena tidak menyalahi aturan direktorat jenderal perhubungan laut. Sudah sesuai (prosedur) kok. Di mana disebutkan di surat telegram, kalau syahbandar sebelum menerbitkan SPB agar mengimbau nakhoda ke Filipina untuk menghindari daerah rawan konflik atau perairan selatan Filipina dan perairan Malaysia Timur dengan membuat surat pernyataan bermaterai," kata Kabid Keselamatan Berlayar KSOP Banjarmasin, Dwiyanto, Selasa (3/5/2016).

Lantaran sudah lengkap, dan menyatakan kesiapannya, kata Dwiyanto, maka tidak ada alasan bagi KSOP melarang pelayaran tersebut.

"Namun tetap kemarin sebelum berangkat, kami berikan arahan kepada nakhoda, agar siaga dan dengan catatan-catatan, meski itu lewat jalur barat Kalimantan," kata dia.

Disebutkannya, catatan utama itu, yakni pernyataan kalau lewat jalur yang aman.

"Kami pastikan lagi, kalau kapal tersebut lewat jalur barat. Kalau di laut kan kami tak tahu, takutnya mereka lewat jalur timur," kata dia.

Dwiyanto menegaskan, pelarangan berlayar ke Filipina tetap diberlakukan untuk jalur rawan.

"Kalau lewat jalur timur, kita tetap tidak perbolehkan," terangnya.

KSOP Banjarmasin masih belum berencana menurunkan status darurat untuk jalur pelayaran ke Filipina.

Kepala KSOP Banjarmasin Takwin Masuku mengatakan, larangan sementara itu tetap berlaku hingga batas waktu yang belum ditetapkan.

"Larangan sementara melewati jalur pelayaran kepulauan Tawi-tawi dan Laut Sulu masih tetap berlaku sampai ada instruksi lebih lanjut dari pemerintah," ujarnya, Senin malam.

Seperti diketahui, sejak pembajakan yang dilakukan kelompok Abu Sayyaf, KSOP Banjarmasin langsung melakukan tindakan dengan menaikkan status dari waspada menjadi status darurat untuk jalur pelayaran ke Filipina.

Sebelumnya sudah ada beberapa kapal yang sedianya berlayar menuju ke Filipina membatalkan pelayaran. Seperti kapal Motor Oceanus 201 yang batal ke Malaysia membawa 7.000 metrix ton lebih matrik batu bara.

Ketua DPC Indonesian National Shipowner, Gayo Syamsudin, mengaku bersyukur mendengar kabar ada kapal yang sudah ada berlayar ke Filipina.

"Syukur lah," kata dia.

Menurut Gayo, jalur yang rawan itu jangan dulu dilewati karena berbahaya.

"Kalau jalur aman, saya rasa tidak ada masalah dan diperkenankan saja berlayar," kata dia.

Tapi dia membenarkan, menurut perhitungan, biaya ongkos perjalanan bakal bertambah.

"Kalau lewat barat, jelas akan menambah cost yang dikeluarkan terutama BBM. Jadi, sepanjang antara shipper dengan buyer ada deal, tidak ada masalah jika ada konfirmasi, kalau berani tambah BBM deal jalur barat, tidak ada masalah, okey saja," kata dia. (banjarmasinpostlis/rmd)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved