Senin, 6 Oktober 2025

Kisah AKBP Slamet Riyanto yang 11 Kali Naik Pangkat, Hingga Pensiun Jadi Pengendara Sepeda Motor

Kisah Slamet Riyanto Jadi Polisi Berijazah SMP Hingga Berpangkat AKBP, kini masih naik sepeda motor

Editor: Yudie Thirzano
Tribun Jateng/Yayan Isro Roziki
Kisah Slamet Riyanto Jadi Polisi Berijazah SMP Hingga Berpangkat AKBP Masih Naik Motor 

Laporan Tribun Jateng, Yayan Isro Roziki

TRIBUNNEWS.COM, KUDUS - Senyum AKBP Slamet Riyanto (58), terus mengembang saat beberapa polisi di Polres Kudus menyalaminya, Senin (28/3/2016).

Tiga hari lagi, pria yang telah mengabdi di korps Bhayangkara selama 39 tahun itu, secara resmi akan purna tugas.

Selain Kapolres Kudus, M. Kurniawan, ia merupakan satu-satunya polisi berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP), di lingkungan Mapolres Kudus saat ini. 

"Tiga hari lagi, pak Kapolres akan menjadi satu-satunya yang berpangkat AKBP di sini," katanya, sembari menyunggingkan senyum.

Selama 39 tahun bertugas sebagai polisi, Slamet Riyanto sudah menikmati kenaikan pangkat hingga 11 kali. 

Prestasi itu dibangun dari level terendah hingga kini menjadi perwira menengah di korps kepolisian. 

Kapolres Kudus, AKBP M. Kurniawan, mengaku salut atas etos kerja koleganya itu.

Dikatakan, tak banyak polisi yang selama berkarier bisa naik pangkat hingga 11 kali.

"Saya saja, maksimal naik pangkat hanya bisa 10 kali. Itu pun kalau sampai jenderal bintang empat atau Kapolri. Nah, ini beliau sudah naik pangkat sampai 11 kali," ucapnya.

Senada disampaikan oleh Wakapolres Kudus, Kompol Yunaldi.

Ia mengenal AKBP Slamet R, sebagai sosok yang bersahaja.

"Sampai sekarang, beliau ke kantor masih mengendarai sepeda motor. Dari awal jadi polisi sampai pensiun gajinya tak pernah dipotong karena hutang," katanya.

Slamet Riyanto pertama kali berdinas pada tahun 1977, dengan pangkat Bhayangkara Dua (Bharada), atau yang terendah dalam korps kepolisian.

"Pertama kali dinas di Satuan Shabara Polres Salatiga, baru dua tahun kemudian pindah ke Sat Reskrim," cerita pria kelahiran Grobogan 4 Maret 1958.

Diakui, ia masuk menjadi Tamtama Polisi menggunakan ijazah SMP.

Lantaran ingin menjadi yang lebih baik, ia pun rela 'nyambi' melanjutkan sekolah, usai resmi berdinas di kepolisian.

"Saya izin pimpinan, nyambi sekolah di STM Saraswati. Karena sekolahnya siang - sore, jadi saya dinasnya pagi atau malam hari," tutur ayah dua anak itu.

Saat itu Slamet Riyanto bertekad setidak-tidaknya dia bisa mendapat kenaikan pangkat hingga menjadi Sersan.

Tak hanya itu, setelah beralih menjadi Bintara Kepolisian, pada 1993/1994 ia pun mengikuti sekolah calon perwira (Secapa).

"Setelah lulus Secapa, dengan pangkat Letnan Dua, saya pindah tugas menjadi Kapolsek Dawe. Di sana saya berdinas selama delapan tahun," katanya.

Lepas dari Kapolsek Dawe di Kudus, ia pernah menjadi Kapolsek Jekulo selama tiga tahun.

Lalu, pada 2006-2008, ia menjabat sebagai Kasat Obvit Polres Kudus, dengan pangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP).

Selanjutnya, ia menjabat Kasubag Bin Ops Polwil Pati. Kemudian, Kapolsek Ngaliyan, Semarang.

"Terus di Humas Polda Jateng, dan kemudian menjadi Kabagren Polres Kudus, pada Februai 2015 - awal 2016 kemarin," urainya.

Dituturkan, selama berdinas di Kepolisian selama 39 tahun ia telah tak pernah menjalani hukuman disiplin. 

"Saya bangga, selama bertugas tidak pernah ada cacat. Dari pangkat terendah, Bharada, sampai sekarang menjadi perwira menengah (Pamen), AKBP. Selama itu pula, gaji saya tak pernah dipotong karena utang," ucapnya.

Slamet Riyanto selalu menerapkan hidup pola hidup sederhana.

Menurutnya itu menjadi satu di antara beberapa faktor yang membuatnya gajinya selalu utuh, tak pernah terpotong utang.

Meski selama ini sering mendapat fasilitas mobil dinas, ia mengaku lebih suka mengendarai sepeda motor.

Menurut dia, selain lebih irit, itu juga lebih efisien.

"Misalnya, sekarang ini saya tinggal di Rendeng, jaraknya sekitar dua kilometer (Km), kalau naik mobil jalurnya harus muter, kan di Kudus banyak jalur yang satu arah. Sementara kalau naik motor bisa potong kompas, lebih cepat, waktunya efisien," tuturnya.

Diakui, tak banyak sosok polisi yang masuk dengan pangkat terendah dan kemudian pensiun menjadi Pamen.

Ia berharap, sosok polisi saat ini bisa menjadi lebih baik.

"Bekerjalah sesuai aturan, ndak usah neko-neko. Layani masyarakat dengan baik. Kalau ada yang macem-macem kebangetan, sekarang kehidupan polisi sudah jauh lebih baik, selain gaji ada remunerasi yang cukup," pesan dia.

Usai pensiun, ia ingin kembali ke kampung halamannya di Desa Pulutan, Kecamatan Penawangan, Grobogan.

"Saya ingin jadi petani saja, menggarap sawah peninggalan orang tua di kampung," tuturnya.

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved