Ditampar Guru, Siswi MTs di Kulonprogo Jalani Perawatan
Mengaku kena tampar pada kepala bagian belakang, Erlina kemudian merasa pusing.
Laporan Reporter Tribun Jogja, Yoseph Hari
TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO - Penganiayaan diduga terjadi di sebuah sekolah di wilayah Kulonprogo, Yogyakarta.
Seorang siswi MTs Negeri Galur, Erlina Eka Prasetya, mengaku telah mendapat perlakuan kasar dari oknum guru di sekolahnya.
Mengaku kena tampar pada kepala bagian belakang, Erlina kemudian merasa pusing.
Rasa sakit di kepala itu juga masih terasa di pagi harinya.
Erlina pun sempat menjalani perawatan medis mulai dari Puskesmas Galur hingga ke RS Senopati Bantul.
Ditemui di rumahnya di Nepi Kranggan Galur, Jumat (29/1/2016), siswi tersebut dijenguk sejumlah warga tetangganya.
Dia mengatakan kejadiannya pada Selasa (26/1/2016) saat guru kelasnya tidak mengajar karena suatu acara di luar sekolah.
Sesuai perintah guru lain, siswa kelas VIII itu mengerjakan tugas dan harus dikumpulkan di ruang kantor guru.
Keluar dari ruang guru setelah mengumpulkan tugas itu, Erlina bertemu dengan oknum guru perempuan Sar.
Guru tersebut mempertanyakan mengapa para siswa keluyuran di luar kelas saat jam pelajaran.
Saat itu, menurutnya, guru tersebut juga menampar Erlina yang kena di kepala bagian belakang dan seorang siswa lainnya.
"Saya kena. Yang Nevi Elvita (temannya) kena tapi tidak merasa sakit," kata Erlina.
Saat itu, Erlina mengaku merasa pusing dan menangis di kelas.
Pada pagi harinya, meski tetap masuk sekolah, Erlina mengaku tetap merasakan pusing di kepala.
Saat itulah pihak sekolah mengantarnya ke Puskesmas Galur.
Namun dengan pertimbangan siswi tersebut telah merasa pusing dua kali 24 jam, maka dia dirujuk ke RS Senopati Bantul.
"Tidak opname. Tapi saya sempat diberi oksigen saat di RS Senopati," lanjutnya.
Ibunya, Marsih, mengatakan tidak seharusnya guru bersikap kasar seperti itu.
Dia merasa kecewa karena perlakuan guru tersebut terhadap anaknya hingga membuat gadis itu sakit kepala.
Jika memang siswa bersalah, menurutnya, seharusnya guru dapat membina dengan cara lebih bijak, bukan menampar atau bersikap kasar.
"Setelah kejadian itu guru juga sempat datang ke rumah dua kali. Mereka minta maaf ngakunya khilaf. Kami juga memaafkan, tapi semoga ini menjadi pembelajaran," kata Marsih.
Wakil Kepala Urusan Kurikulum MTs Galur, Marwati, ketika dikonfirmasi membantah adanya dugaan kekerasan guru terhadap muridnya.
Menurutnya, yang terjadi adalah salah satu guru sekolah itu hanya menggiring atau mendorong agar siswa masuk kelas.
Saat itu, menurutnya, guru yang bersangkutan sedang mengajar matematika di kelas berbeda.
Mendengar keramaian di luar kelas, guru tersebut menegur dan menggunakan dua tangannya mendorong siswa, bukan menampar.
Tangan kiri mengenai kepala siswi, satunya mengenai pundak siswa lainnya.
"Maksudnya hanya menggiring agar siswa masuk kelas. Saat itu kan jam pelajaran," ujar Marwati.
Pagi harinya, ketika siswa tersebut mengaku merasa pusing, pihak sekolah juga mengantarnya ke Puskesmas dan RS Senopati Bantul.
Menurutnya, pihak sekolah juga yang mencarikan mobil transportasi karena siswa itu mengaku takut naik ambulans.
Marwati juga mengatakan siswa itu selama di sekolah memang sudah tiga kali pingsan dan mudah sakit ketika mengikuti upacara maupun di kelas.
"Kami dari sekolah juga sudah menjenguk ke rumahnya. Katanya sudah tidak merasa pusing lagi," ujarnya. (*)