Minggu, 5 Oktober 2025

Kuli yang Tenggelam di Sungai Kayan Dikenal Rajin dan Humoris

Apalagi alasan merantau memang untuk mencari pundi-pundi rupiah agar bisa menghidupi anak istrinya di kampung halaman.

Editor: Wahid Nurdin
TRIBUN KALTIM/MUHAMAD ARFAN
Dua orang teman tampak terpukul atas kepergian Khaeruddin. Momen ini terekam di depan ruang mortuary RSUD Soemarno Sosroatmojo, Tanjung Selor (Bulungan-Kaltara) Sabtu (23/1/2016) dini hari. 

TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG SELOR  -  Kepergian Khaerudin (22) alias Heru menyisakan pilu yang dalam di hati teman kerjanya, terutama Suroto (30). Lima bulan terakhir ia habiskan waktu di Tanjung Selor bersama Heru sebagai kuli bangunan.

“Kami datang berdua dari Ngawi bulan September lalu. Kami di sini kerja kuli bangunan. Awalnya jadi kuli di Jalan Durian, kemudian pindah lagi di Jalan Katamso,” tutur Pranoto, Sabtu (23/1/2016) dini hari di ruang mortuary RSUD Soemarno Sosroatmojo, Tanjung Selor (Bulungan-Kaltara).

Di mata Suroto, Heru adalah pria yang ulet bekerja di perantauan. Apalagi alasan merantau memang untuk mencari pundi-pundi rupiah agar bisa menghidupi anak istrinya di kampung halaman.

“Dia pekerja keras. Tidak istirahat kalau belum jamnya. Kadang batas kerja jam 5 sore. Tetapi kami bisa bekerja sampai menjelang jam 6,” kenangnya.

Seorang rekan lainnya, bernama Pranoto (26) juga punya cerita lain. Selain humoris, Pranoto mengenal Heru adalah sosok yang penyayang kepada keluarganya. Setiap mendapat upah dari pekerjaannya sebagai kuli bangunan, yang dituju Heru adalah bank.

“Ya, kalau sehabis gajian, dia ajak saya ke salah satu bank. Katanya dia mau kirim uang buat anak istrinya. Besarannya saya tidak tahu persis setiap bulannya. Tetapi memang dia rutin mengirim selama dia habis gajian,” tutur Pranoto dengan raut wajah murung.

Heru ialah pria kelahiran 31 Mei 1995 di Desa Kedawung, Kecamatan Bojong, Kabupaten Tegal.

Ia mempersunting gadis bernama Wulan di Desa Karang Rejo, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, tahun lalu. Dari perkawinannya tersebut, Heru dikaruniai anak laki-laki berusia 7 bulan.

Kepergian Heru untuk selamanya memang tak disangka-sangka. Bermaksud mandi di Sungai Kayan, namun akhirnya berakhir tragis. Heru meregang nyawa, lantaran tenggelam dan tak bisa berenang.

“Kami 10 orang mandi di sungai. Dia loncat pertama. Setelah dia loncat itu langsung minta tolong. Kami semuanya memang tidak bisa berenang. Tetapi saya coba gapai tangannya, tapi sudah terlanjur tenggelam,” kata Pranoto.

Heru dilaporkan tenggelam di Sungai Kayan, Jumat (22/1/2016), tepat pukul 18.00 Wita.  

Tim pencarian korban yang terdiri dari BPBD Kabupaten Bulungan, BPBD Provinsi Kaltara, TNI serta personel Polres Bulungan berhasil mendeteksi jasad pria yang berprofesi kuli bangunan tersebut di dasar sungai kedalaman kurang lebih 5 meter, sekitar 10 meter dari titik ia tenggelam.

Tak lama setelah ditemukan, tim pencari lalu mengangkat korban memakai pukat/jaring sekitar pukul 23.45 Wita. Itu artinya, pencarian korban memakan waktu lebih 5 jam.

Saat ditemukan, kondisi tubuhnya membiru dan kaku. Jasad Heru tak dibalut pakaian. Ia hanya mengenakan celana kain pendek berwarna hitam putih.

"Arus juga kebetulan tidak tenang. Tetapi penemuan korban terbilang cepat, karena bisa ditemukan kurang dari 24 jam," sebut Idiansyah, personel BPBD Kaltara, Sabtu (23/1/2016) dini hari.

Jenazah Heru sendiri langsung dibawa ke ruang jenazah RSUD Soemarno Sosroatmojo, sekitar 2 kilometer dari lokasi kejadian.

Usai dibersihkan dan dimandikan, jenazah Heru dibawa ke Tarakan, Sabtu (23/1/2016) pukul 06.00 Wita menggunakan speedboat, untuk kemudian diterbangkan ke kampung halamannya istrinya di Ngawi (Jatim). (tribun kaltim/wil)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved