Ledakan Bom di Sarinah
Ini Kata Adik Teroris Amrozi dari Lamongan Tentang Pelaku Bom Sarinah
"Bom Fatwa Meledak di Jakarta" itulah kalimat yang ditulis Ali Fauzi, mantan pemimpin Jamaah Islamiyah dan ahli perakit bom
TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN - "Bom Fatwa Meledak di Jakarta" itulah kalimat yang ditulis Ali Fauzi, mantan pemimpin Jamaah Islamiyah dan ahli perakit bom saat mendengar ada ledakan bom di Sarinah.
Bahkan susunan kalimat itu dimunculkan dalam status Blackberry Messenger Ali Fauzi yang tinggal di Desa Tenggulunan, Lamongan, Jawa Timur.
SURYA.co.id coba mengonfirmasi petunjuk awal ihwal para pelaku bom di Gedung Sarinah Jakarta itu.
Saudara mendiang teroris Amrozi (dieksekusi mati bersama saudaranya, Ali Imron dan Imam Samudera) itu mengatakan, saat ini terjadi pergeseran target operasi kelompok teror di Indonesia.
"Kalau dulu far enemy (musuh jauh) sekarang near enemy (musuh dekat). Far enemy lebih menyasar simbol-simbol dan kepentingan barat, orang bule, gedung, kedutaan obyek vital barat dan lainnya," ujarnya, 14 Januari 2016.
Dulu sebelum ada pergeseran bom-bom yang diledakkan seperti bom Bali 1, bom Bali 2, bom JW Marriott 1, bom JW Marriott 2 disusul dengan bom kedubes Australia di Jl Kuningan Jakarta, semua bom berskala besar mulai dari 350 Kilogram sampai 1 ton.
"Dan pada 2000 - 2009 praktis para pelaku bom di Indonesia mereka punya kemampuan yang tidak bisa diragukan lagi," katanya.
Saat itu ada Ali Imron, Ali Ghufron, Imam Samudra, doktor Azhari, Nordin M Top dan lainnya.
Mereka secara khusus dilatih ilmu pemboman di beberapa champ yang dimiliki Al qaeda.
Tapi kata, Ali Fauzi, pada era 2009-2015, target operasi lebih kepada target lokal near enemy.
Ada bom masjid Mapolres Cirebon, penembakan polisi di Jakarta, bom Mapolres Poso dan penembakan polisi di Bima.
Nah, kenapa polisi yang jadi target, karena polisi dianggap dedengkotnya thoghut.
Thoghut ialah setan dalam prespektif para pelaku. Mereka boleh dibunuh dan dibinasakan.
Alasan kedua, polisi selama ini yang menangkap dan menembak kawan-kawan mereka yang diduga terlibat tindak terorisme.
Belakangan para pelaku mudah ditangkap, juga operasi yang mereka lakukan terkesan ecek-ecek.