Rabu, 1 Oktober 2025

Kontroversi Gafatar

Pemkot Surabaya Catat Seorang Warganya Hilang Diduga terkait Gafatar

Pemerintah Kota Surabaya masih mencatat satu warga Surabaya yang menghilang diduga terkait Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Editor: Dewi Agustina

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Pemerintah Kota Surabaya melalui Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Bakesbangpol Linmas), masih mencatat satu warga Surabaya yang menghilang diduga terkait Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).

Yaitu atas nama Erri Indra Kautsar (19), mahasiswa semester V Politeknik Elektronika Negeri Surabaya.

"Masih satu itu yang diduga terkait Gafatar. Kalau ada nama lain, seperti yang disampaikan tadi, masih dalam penelusuran," kata Soemarno, Kepala Bakesbang Linmas Kota Surabaya, Selasa (12/1/2016).

Sedangkan atas nama Faradina Ilma (25), yang disebut-sebut bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), di lingkungan Pemkot Surabaya, masih dalam penelusuruan.

Faradina diinfokan menghilang dengan meninggalkan kamar kosnya pada 23 Desember 2015.

"Di tanggal itu termasuk dengan awal libur panjang Natal. Kami akan cek dulu, apakah liburan atau terkait Gafatar, masih ditelusuri," lanjut Soemarno.

Terkait Gafatar, Pemkot sudah mengetahui bila organisasi itu dilarang oleh pemerintah pusat dengan mengeluarkan surat yang menyatakan Gafatar sebagai organisasi terlarang.

Kemudian ditindaklanjuti dengan membuat surat pemberitahuan ke semua instansi hingga tingkat bawah serta masyarakat agar tidak memberi ruang gerak pada Gafatar.

Pihaknya juga sudah mendapat informasi dan mempelajari bila Gafatar ini, dalam menarik simpati masyarakat, mereka menggelar kegiatan sosial seperti bakti sosial dan kerja bakti.

Bahkan untuk mempelancar kegiatan tersebut, Gafatar juga berusaha menggandeng kelurahan, kecamatan hingga polsek.

Namun sejak adanya surat yang dikeluarkan oleh pemkot tersebut, membuat kelurahan, kecamatan dan polsek berhati-hati ketika diajak kerja sama Gafatar ketika menggelar aksi sosial.

"Dan berdasarkan pantauan kami, kegiatan yang dilakukan Gafatar di Surabaya sudah sepi," lanjut Soemarno.

Warga Surabaya yang ikut Gafatar juga tidak terdeteksi secara pasti. Jumlahnya pasang surung. Kelompok itu, menurut Soemarno, membidik usia muda. Ada yang pentolan SMA, mahasiswa hingga pegawai.

Soal kantor atau sekretariat Gafatar di Surabaya, Soemarno menyatakan sudah tidak aktif lagi. Semula berkantor di Rungkut Harapan, namun sudah tutup dan pindah ke Jl Talas yang juga sudah tidak aktif lagi.

Khusus yang ada di Pepelegi Sidoarjo, adalah kantor Gafatar Jatim.

"Kami berharap pada warga kota untuk tidak bergabung dengan organisasi apapun yang tak jelas. Dan tidak terbujuk rayu sehingga meninggalkan keluarganya," pesan Soemarno.(rie/sri handi lestari)

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved