Jumat, 3 Oktober 2025

Syeni Selalu Bisikkan Sesuatu di Telinga Jenazah Usai Dimandikan

Selain sebagai penjual gorengan dan memiliki warung sembilan bahan pokok, Syeni sudah puluhan tahun menggeluti profesi yang dianggapnya mulia.

Editor: Dewi Agustina
Ilustrasi jenazah. 

TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Tak banyak orang yang berprofesi sebagai tukang mandi jenazah (mayat).

Salah satunya adalah seorang ibu rumah tangga, Syeni.

Selain sebagai penjual gorengan dan memiliki warung sembilan bahan pokok di Kota Tondano, Sulawesi Utara, Syeni sudah puluhan tahun menggeluti profesi yang dianggapnya mulia.

"Bagi saya memandikan jenazah dan profesi ini memiliki upah besar di surga," katanya saat berbincang dengan Tribun Manado (Tribunnews.com Network).

Ibu yang memiliki empat cucu ini mengatakan, jika ada yang meninggal di kampungnya, orang kampung langsung memanggil dirinya untuk meminta tolong memandikan jenazah.

"Biasanya mereka langsung hubungi saya kalau ada yang meninggal," katanya.

Dikatakan Syeni, untuk jasa memandikan jenazah biasanya pihak keluarga memberikan upah kepadanya.

"Bukannya meminta agar ada yang meninggal, tapi jika ada yang meninggal saya dapat uang dari memandikan mayat, tapi tergantung bagi keluarga. Saya tidak memasang tarif," ujarnya.

Syeni menambahkan, selain memandikan jenazah, dia memiliki usaha menjual gorengan keliling dan usaha warung di kediamannya di Tondano Kecamatan Tondano Selatan.

"Biasanya selesai memandikan mayat dan dikasih pakai pakaian, mayat dalam keadaan mengeras dan berat. Saya dan keluarga dari jenazah membisikkan di telinga 'seperti torang bilang ba lombo-lombo neh tu badan kong ba bagus-bagus dang'. Badannya dilemaskan baik-baik ya," jelas Syeni.

Selain memandikan dan memberikan pakaian, Syeni juga merias mayat tersebut.

"Tergantung dari keluarga kalau mereka mau saya rias atau dari pihak keluarga yang merias," tambahnya.

Syeni mengaku tidak takut memandikan mayat.

"Kenapa takut, kan sudah meninggal," katanya.

Pengalaman merias jenazah

Membuat jenazah tampil cantik dan ganteng tak bisa dilakukan oleh semua orang.

Ngeri dan takut pasti menjadi alasan orang untuk tak mengambil profesi ini.

Tapi tidak bagi Pingkan.

Wanita ini tugasnya adalah merias jenazah, entah itu jenazah laki-laki atau jenazah perempuan.

"Yang pertama karena hobi, selain itu merias jenazah sudah seperti pelayanan. Selesai dimandikan dan dipakaikan pakaian barulah dimakeup. " Ujarnya saat ditemui Tribun Manado, di ruang Instalasi Pemulazaran Jenazah RSUP Prof Kandou Malalayang Rabu (25/11).

Menurut, ibu tiga anak ini yang bahkan tak mau difoto ini, makeup bukan hanya dilakukan kepada orang masih hidup.

"Orang yang sudah meninggal perlu dimakeup agar sedap dipandang untuk terakhir kalinya di dunia," kata Pingkan.

Setiap hari dirinya menjalankan tugas, mulai pukul 07.30 Wita dan keluar pukul 17.00 Wita.

"Saya hanya melayani makeup di rumah sakit, ada tawaran di luar tapi saya tidak mau. Tidak melayani kalau makeup jenazah di luar. Kalau mandikan mayat tidak sering sih, tergantung permintaan keluarga kalau saudara perempuan mereka ingin dimandikan oleh perempuan, barulah saya turun tangan," tuturnya.

Memandikan serta merias jenazah, Pingkan mengatakan sudah tak terhitung lagi.

"Sudah tak terhitung, setiap hari saya makeup jenazah juga memandikan jenazah. Ratusan yang sudah saya tangani," ujarnya.

Sulitnya merias wajah korban kecelakaan

Namanya merias wajah, entah orang hidup atau jenazah membutuhkan waktu.

Itulah yang dikatakan Pingkan, seorang petugas rias jenazah di Manado.

"Butuh sekitar satu jam untuk merias jenazah," kata Pingkan yang ditemui di Instalasi Pemulasaran Jenazah RS Prof DR Kandou Manado, Rabu (25/11).

Sudah lebih dari dua tahun ia menjadi perias jenazah. Ia pun membawa alat makeup sendiri dari rumahnya. .

"Alat-alat make-up jenazah dibeli pakai uang pribadi. Terkadang saya juga bawa alat-alat make-up saya yang sudah tidak dipakai, kemudian digunakan untuk merias jenazah," ceritanya.

Merias jenazah memang tak seperti merias orang hidup. Apalagi jika yang meninggal adalah korban kecelakaan.

"Paling susah merias jika jenazahnya, adalah korban kecelakaan apalagi kalau wajahnya hancur," ujar wanita berusia 32 tahun ini.

(Fer)

Sumber: Tribun Manado
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved