Derita Anak Penderita Osteogenesis Imperfecta, Benturan Kecil Membuatnya Patah Tulang
Usia 3 tahun adalah usia dimana seorang anak sedang aktif-aktifnya bermain dan berlarian, sehingga kadang membuat orangtuanya kewalahan.
Laporan Reporter Tribun Jogja, Khaerur Reza
TRIBUNNEWS.COM, JOGJA - Usia 3 tahun adalah usia dimana seorang anak sedang aktif-aktifnya bermain dan berlarian, sehingga kadang membuat orangtuanya kewalahan.
Namun tidak begitu bagi Galih Erga Bahtiar atau yang akrab dipanggil Erga.
Bocah yang genap berumur 3 tahun pada 8 September 2015 ini belumlah fasih berjalan.
Bahkan selama hidupnya dirinya harus berulang kali masuk rumah sakit karena menderita penyakit langka yang disebut osteogenesis imperfecta.
Penyakit ini menyebabkan tulang-tulang di sekujur tubuhnya rapuh dan mudah patah.
Begitu pula tubuhnya yang hanya seberat 8,2 kg jauh dari kata ideal untuk anak seusianya.
"Paling bisa jalan 2-3 langkah lalu sudah terduduk lagi, begitu terus," cerita sang ayah Suparyanto (30) yang merupakan warga Ngijon Minggir Sleman tersebut Selasa (17/11/2015).
Kelainan pada Erga sendiri sudah terjadi sejak di kandungan, sang ibu Nisca Evalia (28) mulai merasakan keanehan pada bulan ke 8 kandungan Erga.
Saat itu dirasakannya bayi yang dikandungnya tidak begitu aktif lagi.
Benar saja seusai melahirkan di RSUD Sleman bayi Erga sudah mengalami beberapa patah tulang di sekujur tubuhnya mulai kaki tangan hingga rusuk, dia kemudian dirujuk ke RSUP dr Sardjito untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Dari situ diketahui Erga menderita kelainan genetik yang disebut osteogenesis imperfecta, bahkan Erga divonis hanya akan mampu bertahan hidup maksimal 5 tahun.
"Ya kita hargai dokter dengan ilmunya tapi selama Erga masih bisa kita rawat ya kita rawat semampunya semaksimal mungkin," ucap Suparyanto.
Karena kelainan itu pula dirinya seolah menjadi pelanggan tetap RSUP dr Sardjito, hampir setiap bulan ada saja bagian tubuh dari Erga mengalami patah tulang.
Saat ini hampir semua bagian tubuhnya mengalami patah tulang mulai kaki, rusuk, tangan hingga rahang.
Yang terbaru hanya karena terantuk kursi kayu, tulang betis Erga kembali patah dan harus menjalani operasi pada Senin (16/11/2015).
Saat Tribunjogja.com menyambangi di Ruang Cendana 4 RSUP dr Sardjito Selasa (17/11/2015) Erga masih panas dan banyak menangis serta beberapa kali mengeluhkan sakit apabila bagian tulang yang patah tertindih, dua buah gips kain terpasang di tubuhnya yaitu bagian paha kanan dan tangan kiri.
"Kondisinya sudah membaik hari ini tapi masih panas," ujarnya.
Kondisi Erga tersebut tentu saja membutuhkan biaya yang besar, hampir setiap bulan Erga harus dirawat belum lagi tiap 6 bulan Erga harus disuntik dengan sejenis suplemen yang dalam sekali suntik menghabiskan ongkos 2,8 juta.
Untungnya selama ini sebagian besar biaya masih dicover oleh BPJS.
Sebelumnya juga dicover oleh Jamkesda Sleman, sehingga cukup meringankan dirinya yang hanya seorang buruh serabutan sementara sang istri hanyalah ibu rumah tangga.
Walaupun dia sudah diberitahu tim dokter bahwa penyakit langka anaknya tersebut tidak dapat disembuhkan dan hanya bisa dirawat namun tekadnya untuk merawat sang anak tak pernah pudar.
"Saya masih percaya dengan keajaiban," pungkasnya. (*)