Pencipta Hymne Guru Wafat dalam Usia 82 Tahun
Pencipta Hymne Guru, Sartono, wafat dalam usia 82 tahun, Minggu (1/11/2015).
TRIBUNNEWS.COM, MADIUN - Pencipta Hymne Guru, Sartono, wafat dalam usia 82 tahun, Minggu (1/11/2015).
Ia baru di makamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Kelurahan Klegen, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun, Minggu sekitar pukul 18.30.
Almarhum yang semasa hidupnya mengabdi sebagai guru seni musik di SMP Katolik Santo Bernardus, Jl A Yani, Kota Madiun, ini sempat dirawat intensif di ruang VIP Cendana 10, RSUD Kota Madiun, selama 9 hari.
Kemudian dipindah ke ruang Intensive Care Unit (ICU) selama 3 hari, karena kondisinya terus menurun dan koma.
Jenazah pensiunan guru yang banyak mendapat penghargaan dari pemerintah itu disemayamkan di rumah duka, Jalan Halmahera 98, Kelurahan Oro-oro Ombo, Kecamatan Kartoharjo, Kota Madiun.
Saat menghembuskan nafas terakhirnya didampingi sang istri, Damiati.
“Pak Sartono meninggal dunia tadi siang pukul 12.50, setelah proses administrasi selesai langsung dibawa ke rumah duka,” jelas Kepala Perawat RSUD Kota Madiun Atri Laksono.
1. Riwayat Penyakit Pak Sartono
Menurut Atri Laksono, Sartono mengidap penyakit komplikasi seperti penyumbatan darah di otak, darah tinggi hingga diabetes.
“Pak Sartono juga punya riwayat sakit stroke, kondisinya makin menurun sejak Sabtu (31/10) sore lalu. Mulai dari cara mata berkedip, kemampuan komunikasi verbal nol dan tensi darah sempat menurun. Beliau masuk RSUD sejak 20 Oktober lalu,” kata Atri.
Di rumah duka Jalan Halmahera, karangan bunga terus berdatangan, termasuk dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan, Wali Kota Madiun, Bupati Madiun, dan kalangan PGRI, IGI.
Sebelum jenazah diberangkatkan ke peristirahatan terakhir, jenazah sempat disalati, dengan imam Ketua MUI Kota Madiun KH Sutoyo.
2. Pesan Romantis Menjelang Wafat
Sementara menurut Damiati, istri almarhum, sebelum masuk ICU RSUD Kota Madiun, sempat membisikinya, dan mengucapkan terima kasih telah mendampingi.
"Bapak sempat berbisik, mengucapkan terima kasih saya telah mendampingi.
Setelah itu Bapak tidak sadarkan diri," kata Damiati menggambarkan betapa romantis suaminya.
Menurut Damiati Sartono, detik-detik meninggalnya sang suami sangat mudah, meski sejumlah medis sempat memberikan pemacu jantung beberapa kali.
Sampai akhirnya melepas semua peralatan medis yang menempel.
“Oktober lalu, Bapak sempat terjatuh dari ranjang. Selang dua hari merasakan nyeri di lengan kirinya dan setelah itu nafsu makannya menurun drastis,” katanya.