Jumat, 3 Oktober 2025

Kisah Sarjono, Kakek Bercicit 5 Bercucu 27 yang Setia Jadi Tukang Tambal Ban

Maklum sudah sejak lama dirinya berpisah dengan sang istri, untuk makan sehari hari ia mengandalkan pencarian dari tambal ban.

Editor: Wahid Nurdin
TRIBUN MEDAN/INDRA GUNAWAN
Sarjono yang sudah berusia 74 tahun dan tinggal di Dusun VII Desa Dalu X B Kecamatan Tanjung Morawa, Deliserdang. Ia mengandalkan pekerjaan sebagai tukang tambal ban untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari 

Laporan Wartawan Tribun Medan, Indra Gunawan Sipahutar

TRIBUNNEWS.COM, LUBUKPAKAM  -  Seorang pria tampak termenung di teras samping rumah Sabtu, (31/10/2015).

Pria yang memakai topi itu bernama Sarjono yang sudah berusia 74 tahun dan tinggal di Dusun VII Desa Dalu X B Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deliserdang.

Di usianya itu, ia setia menjadi penambal ban, satu di antara keahlian yang ia punya.

"Buat cagak dua (standar ganda, red) aja ya tolong," ucap Sarjono ketika pemilik sepeda motor datang ketempat usahanya ini.

Ia mengaku saat ini sudah tidak sanggup lagi untuk mencagakkan sepeda motor.

Meski demikian, tidak perlu khawatir ketika dirinya ingin mengeluarkan ban dalam dari sepeda motor, ia tidak akan pernah meminta bantuan dari pemilik kendaraan.

"Kalau ini masih bisa. Kakek ini sudah punya cicit 5, cucu ada 27. Kalau anak ada 10 tapi satu sudah meninggal," ucap Sarjono.

Ia menyebut saat ini tinggal sendiri di dalam rumah.

Maklum sudah sejak lama dirinya berpisah dengan sang istri, untuk makan sehari hari ia mengandalkan pencarian dari tambal ban.

Sesekali dirinya juga menyanggupi permintaan warga untuk membuat gagang cangkul dan sarung parang.

"Kalau tukang tambal sudah belasan tahun. Dulunya kakek tukang bangunan. Kalau udah seperti ini manalah bisa lagi tukang bangunan," kata Sarjono.

Meski dalam keadaan seperti ini Sarjono sendiri tidak pernah menuntut banyak dari Pemerintah.

Ia menyebut tidak pernah mendapatkan bantuan beras miskin. Ia mengaku tidak mau menuntut karena seharusnya pihak Desalah yang lebih paham akan kondisinya.

"Kakek gak pernah masak dirumah. Kalau mau makan beli aja. Gak pernah dapat bantuan seharusnya ya Kadus (kepala dusun) nyalah yang lebih tahu siapa yang harus dikasih," katanya.

Dalam waktu sekitar 20 menit dirinya sanggup menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

Untuk sekali tambal ia mengenakan bayaran Rp 8000. Karena merasa puas banyak orang yang dengan sengaja terkadang melebihkan bayaran yang ia pinta. 

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved