Hakim Terima Suap
Pesan Mantan Gubernur Sumut untuk Gatot: Jadi Kepala Rumah Tangga ada Risikonya
Mantan Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin mengaku prihatin dengan status tersangka yang disandang suksesornya, Gatot Pujo Nugroho.
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN -Mantan Gubernur Sumatera Utara Syamsul Arifin mengaku prihatin dengan status tersangka yang disandang suksesornya, Gatot Pujo Nugroho.
KPK menetapkan Gubernur Sumut Gatot sebagai tersangka kasus dugaan suap hakim dan panitera PTUN Medan.
"Saya prihatin sekali. Apakah mentalnya siap sebagai anak muda," kata pria yang menyandang gelar Dato ini, saat halal bihalal dengan tokoh masyarakat Sumut dengam tema Merajut Benang Tamadun Sumatera Utara sebagai Pilar NKRI di Balai Prajurit, Kodam I/BB, Kamis (30/7).
Menurut Ketua Umum Pengurus Besar Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (PB MABMI) ini, status tersebut adalah risiko jabatan, yang selalu siap mengancam pejabat. "Jadi kepala rumah tangga pun ada risikonya," katanya.
Menurutnya, Gatot tidak perlu khawatir, jika memang merasa tidak melakukan hal-hal yang bisa menjadikannya tersangka. Menurutnya, jawaban untuk pertanyaan apakah melakukan hal-hal yang bisa menjadikannya tersangka, mudah. Yakni, bertanya pada hati nurani.
"Yang tahu kita salah bukan hakim, KPK, polisi atau jaksa, tapi diri kita sendiri. Tanyalah hatimu," katanya.
Secara pribadi, pria yang hanya menjalankan masa kepemimpinanya sebagai gubernur selama tiga tahun ini mengaku, prihatin. Ia juga kasihan terhadap istri Gatot, Sutias Handayani serta buah hati mereka.
"Sutias sudah macam adek saya sendiri. Mudah-mudahan Sutias kuat," katanya. Syamsul meminta agar Gatot kuat, tabah, dan berharap Allah memberinya jalan. Namun hingga saat ini, Syamsul yakin Gatot tidak melakukan apa yang dituduhkan kepadanya.
"Mas Gatot itu kan taat beragama. Kalau saya ayat-ayat agak kurang," katanya sembari tertawa.
Namun, Syamsul mengaku sedih melihat perkembangan Sumut yang dinilai stagnan, bahkan menurun. Ia juga heran, kenapa Kabupaten Bogor yang tidak memiliki perkebunan dan tambang memilki APBD sebesar Rp 9 triliun, sedangkan Sumut yang punya perkebunan hanya punya APBD sebesar Rp 8 trliun.
"Kita ada sawit cuma punya APBD 8 triliun," katanya. Walaupun tidak lagi menjabat, Syamsul mengaku siap meluangkan waktu untuk membangun Sumut, dan meminta masyarakat memberinya kesempatan untuk melontarkan ide-ide segar.
"Kita harus berkumpul. Ada hidayah dan talenta yang diberikan Allah di setiap perkumpulan orang baik," katanya.