Jumat, 3 Oktober 2025

Dicurigai Anggota ISIS, Ratusan Warga Mesuji Lampung Diinterogasi Polres Batu Malang

Agus Santoso, warga Lumajang, bersama rombongannya yang menginap di sebuah vila di kawasan Songgoriti diinterogasi oleh anggota Polresta Batu

Editor: Sugiyarto
surya
Pimpinan rombongan, Agus Santoso (jaket abu-abu) usai diinterogasi oleh anggota Polresta Batu di sebuah vila kawasan Songgoriti, Selasa (17/3/2015) malam. 

TRIBUNNEWS.COM, BATU - Agus Santoso, warga Lumajang, bersama rombongannya yang menginap di sebuah vila di kawasan Songgoriti diinterogasi oleh anggota Polresta Batu, Selasa (17/3) sekitar pukul 19.00 hingga 00.00.

Rombongan Agus tinggal di vila itu sejak subuh. Jumlah rombongannya sebanyak 260 orang. Sebagian warga Mesuji, Lampung yang diduga ikut aliran Irak and Suriah International State (ISIS). Namun, sejak hari Senin (16/3/2015), ada 47 warga Mesuji dipulangkan.

Tim dari Polresta yang menginterogasi adalah Kasat Intel Polresta Batu, AKP Syaifudin dan Kapolsek Batu, AKP Slamet Riyadi. Terlihat di lokasi, Kasubag Humas Polresta Batu, AKP Waluyo dan Kanit Reskrim Polsek Batu, Iptu Tukiman.

Kasat Reskrim, AKP Bambang Samsudin, ketika ditemui di Mapolresta Batu, Rabu (18/3/2015) mengatakan, tidak ada indikasi keterlibatan mereka dengan ISIS, juga tidak ada orang yang dirugikan.

“Tapi, kami tetap waspada,” ujarnya.

Pimpinan rombongan, Agus Santoso mengaku, rombongannya tidak ada kaitannya dengan ISIS. Rombongan itu membutuhkan bantuan dari orang yang bernama Muhammad Edi untuk melunasi utang-utang anggota rombongannya.

“Berita tentang kaitannya dengan ISIS itu tidak pernah kami lakukan. Kami di sini diajarkan shalat dan jujur, membantu negara agar tidak menyengsarakan sesama rakyat,” ujarnya.

Agus mengatakan, Edi adalah papa tirinya. Dia pengusaha kelapa sawit dan memiliki banyak perusahaan di Indonesia. Dia sekarang tinggal di Jakarta. Dia ingin shodaqoh kepada orang-orang yang membutuhkan sesuai ajaran Islam.

“Beliau akan membantu melunasi utang orang-orang ini, tapi menunggu dia datang ke sini,” katanya.

Agus mengaku, ada sekitar 600 orang yang mengikutinya. Sebanyak 260 orang ikut menginap di vila Songgoriti, sedangkan lainnya ada di rumahnya masing-masing. Mereka berkumpul sejak September 2014.

Selama berkumpul itu, mereka sudah tiga kali pindah tempat, pertama di Hotel Serayu Kota Malang. Di sana, warga keberatan dengan keberadaan rombongan itu. Setelah itu pindah ke Hotel Antariksa, terakhir di vila kawasan Songgoriti.

Sumber: Surya
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved