Empat Bocah Perempuan Asal Kabupaten Tegal Alami Kerancuan Gender
"Kami menyebutnya gangguan yang dialami keluarga Pak Toriqien ini dengan nama Congential Adrenal Hiperplasia (CAH)," ujar dokter.
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Rival Almanaf
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Suami istri Toriqien (43) dan Seni (38) dirundung masalah pelik. Delapan dari 10 anaknya menderita kerancuan gender.
Empat di antara anak-anak mereka sudah meninggal dan empat lainnya saat ini masih menjalani pengobatan kerancuan gender. Mereka dirawat di Centre Biomedical Research, Rumah Sakit Nasional Diponegoro Semarang.
Mereka ditangani langsung tim penyesuaian kelamin yang dipimpin Sultana Faradz, selaku Direktur Utama Cebior. Anak-anak dalam satu keluarga yang mengalami kerancuan gender ini sudah menjalani pengobatan sejak Kamis (12/3/2015).
"Kami menyebutnya gangguan yang dialami keluarga Pak Toriqien ini dengan nama Congential Adrenal Hiperplasia (CAH), atau kelainan pada kelenjar anak ginjalnya," ucap Sultana kepada awak media yang datang.
Kelainan tersebut menyebabkan adanya kelebihan hormon laki-laki sehingga memicu pertumbuhan jambang, jakun, kulit menghitam dan kasar. Paling jelas adalah pendangkalan vagina dan pembesaran klitoris sehingga menyerupai penis. Padahal anak-anak ini secara gender adalah perempuan.
Dari empat anak Toriqien yang menderita CAH tersebut hanya tiga yang dibawa ke Cebior RSND, Semarang. Mereka adalah Zakaria (12) Taufan Alhabib (4) Nur Iman (2). Sementara satu lagi Siti Darmayanti (19) tidak dibawa karena masih fokus sekolah di madrasah.
Sultana memastikan, empat anak dari keluarga yang berasal dari Desa Sukasari, RT 06 RW 1, Kecamatan Bumijawa itu secara genetis dilahirkan sebagai perempuan.
Meski demikian Toriqien saat dikonfirmasi di lokasi sudah membuatkan akta kelahiran anaknya yang bernama Taufan Alhabib dan Nur Iman dengan gender laki-laki.