Sabtu, 4 Oktober 2025

Mati Beruntun, Orang Rimba Jambi Alami Krisis Pangan dan Terserang Penyakit

Kematian beruntun dialami Orang Rimba, warga suku pedalaman di Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi, sejak dua bulan terakhir.

Editor: Sugiyarto
Kompas/Irma Tambunan
anak-anak rimba menempuh perjalanan menuju lokasi belajar bersama dalam Taman Nasional Bukit Duabelas, Sarolangun, Jambi, Jumat (26/4/2013). Pendidikan khusus melalui pendekatan budaya lokal yang dilaksanakan relawan dari Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi telah menjadikan lebih dari 400 anak rimba melek huruf. 

TRIBUNNEWS.COM, JAMBI — Kematian beruntun dialami Orang Rimba, warga suku pedalaman di Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi, sejak dua bulan terakhir.

Kematian beruntun itu diduga disebabkan oleh krisis pangan dan air bersih.

Kematian terjadi pada 11 orang dari sekitar 150 warga Kelompok Terap dan Kelompok Serenggam, warga Orang Rimba di Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD) di Kabupaten Batanghari dan Sarolangun, Jambi.

Menurut Fasilitator Kesehatan Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Yomi Rivandi, Senin (2/3), di Jambi, sebagian besar warga, terutama anak-anak di kelompok itu, terjangkit batuk dan demam.

Akibat kematian beruntun, Orang Rimba setidaknya sudah tujuh kali melangun, berpindah tempat hidup akibat kesedihan setelah kematian anggota kelompoknya.

Sebagian besar lokasi melangun adalah pinggir desa dan perkebunan sawit.

Di daerah jelajah yang baru itu Orang Rimba menghadapi krisis pangan. "Kondisi ini diduga memicu kematian warga. Sebagian besar adalah balita," ujarnya.

Ia menjelaskan, dua kelompok Orang Rimba itu semula berdiam di wilayah Terap dan Serenggam.

Akibat kematian anggotanya, kelompok ini melangun ke wilayah Desa Olak Besar, lalu Desa Baru, Desa Jernih, Sungai Selentik, dan Sungai Telentam di Desa Lubuk Jering.

Kini kelompok itu pindah lagi ke wilayah Sungai Kemang, Desa Olak Besar.

"Selama melangun, warga kekurangan sumber pangan sehingga menurunkan daya tahan tubuh saat banyak warga sakit," ujarnya.

Kondisi hutan yang menyempit tidak memungkinkan Orang Rimba melangun dalam hutan, tetapi ke desa di pinggir hutan. TNBD saat ini juga dalam kondisi paceklik. Hewan buruan juga makin sedikit.

Sudah ditinjau

Penanggung Jawab Pengobatan Puskesmas Durian Luncuk, Kabupaten Batanghari, dr Takwim, mengatakan sudah meninjau kondisi Orang rimba bersama timnya, pekan lalu.

Ia mendapati sekitar 60 anak di kelompok itu terserang batuk parah, sebagian dalam kondisi demam.

Halaman
12
Sumber: KOMPAS
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved