Jumat, 3 Oktober 2025

Repotnya Tiga Camat di Aceh Singkil Karena Hanya Punya Kendaraan Dinas Speedboat

Perahu bermesin atau speedboat memang menjadi kendaraan dinas bagi ketiga camat lantaran ketiga kecamatan itu belum memiliki akses jalan darat.

Editor: Dewi Agustina
zoom-inlihat foto Repotnya Tiga Camat di Aceh Singkil Karena Hanya Punya Kendaraan Dinas Speedboat
IST
Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, SINGKIL - Bila camat lain di Kabupaten Aceh Singkil memiliki kendaraan dinas mobil, tidak demikian halnya dengan Camat Kuala Baru, Pulau Banyak, dan Pulau Banyak Barat. Tiga camat di wilayah pesisir itu kendaraan dinasnya justru speedboat (perahu bermesin tempel).

Jika ada acara penting, misalnya, saat menghadap bupati atau menyambut kunjungan gubernur ke Singkil, hal itu justru merupakan saat-saat yang menyulitkan bagi ketiga camat yang tak punya mobil dinas ini. Sebab begitu turun dari dermaga speedboat, mereka langsung celingak-celinguk mencari mobil tumpangan menuju tempat acara. Celakanya, taksi tak ada. Alhasil, terpaksa numpang naik sepeda motor teman atau kenalan. Ini bagian dari upaya menjaga marwah sebagai orang nomor satu di tingkat kecamatan.

"Turun dari speedboat, biasanya untuk meneruskan perjalanan tempat acara saya lebih sering pakai kereta (sepeda motor). Kalau bisa sih ada juga mobil dinas yang disiagakan di Singkil sebagai ibu kota kabupaten," kata Camat Kuala Baru, Gusrianto, kepada Serambi (Tribunnews.com Network), Rabu (10/12/2014).

Perahu bermesin atau speedboat memang menjadi kendaraan dinas bagi ketiga camat lantaran ketiga kecamatan itu belum memiliki akses jalan darat. Terutama Pulau Banyak dan Pulau Banyak Barat yang berada nun di tengah lautan.

Jadi, sangat wajar jika perahu menjadi kendaraan dinas bagi camatnya. Malah kalau kendaraan roda empat justru sangat jarang terpakai. Lagi pula mau jalan ke mana naik mobil di pulau seukuran Pulau Balai, ibu kota Pulau Banyak, atau Pulau Haloban, ibu kota Pulau Banyak Barat.

Sementara di Kuala Baru, perahu, robin, atau speedboat terpaksa digunakan sebab jalan yang telah belasan tahun diperjuangkan tak kunjung terealisasi. Mau tidak mau, camat beserta warganya harus menyusuri sungai ketika ke luar masuk kecamatan penghasil ikan itu. Soalnya, hanya itulah akses jalan satu-satunya.

Bupati sudah ganti empat kali, namun jalan yang akan menjadi poros pembuka keterisoliran Kuala Baru, termasuk Aceh Singkil secara umum dengan daerah lain di Aceh, belum juga selesai. Keseriusan membangun jalan pun masih jauh dari harapan. Sebagai contoh, jembatan menuju Kuala Baru dari Kilangan ke Kayu Menang dengan panjang sekitar 300 meter yang membutuhkan anggaran ratusan miliar tahun ini hanya diplot sekitar Rp 5 miliar.

Bagi warga Kuala Baru memiliki jalan raya dan membeli mobil masih sekadar angan-angan yang belum tahu kapan akan tercapai.

"Kan percuma saya beli mobil, kalau tidak ada jalannya," kata seorang nelayan Kuala Baru yang terbilang kaya. (dede rosadi)

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved