Petani Menjerit, Pakai Air Selokan Mataram Harus Bayar ke Oknum Petugas
"Kami kalau ingin dapat aliran air dari Selokan harus bayar dulu ke petugas, baru kemudian pintu airnya dibuka," katanya,

TRIBUNNEWS.COM,SLEMAN - Para penggarap lahan pertanian yang mengandalkan pengairan dari aliran Selokan Mataram di Kabupaten Sleman, DIY, mengeluh.
Sebab, mereka harus membayar ketika membutuhkan air untuk keperluan lahan.
Mereka keberatan dengan pembayaran itu tapi tak kuasa menolak.
Menurut seorang petani di Desa Tirtomartani, Kalasan, Kabupaten Sleman, yang meminta identitasnya disembunyikan, para petani saat musim kemarau selalu resah.
Terutama, para petani di bagian selatan lintasan Selokan Mataram, di Desa Purwomartani, Tirtomartani, dan Tamanmartani
"Kami kalau ingin dapat aliran air dari Selokan harus bayar dulu ke petugas, baru kemudian pintu airnya dibuka," katanya, saat ditemui Tribun Jogja di rumahnya, belum lama ini.
Ia menjelaskan, biasanya, jika petani ingin memperoleh air, mereka harus berkoordinasi dengan petani lain dalam satu blok, melalui kelompok tani.
Selanjutnya, mereka mengumpulkan iuran, kemudian diberikan ke petugas agar mau membuka pintu air.
"Itupun airnya juga tidak selalu keluar. Lama dan tidaknya aliran, ya tergantung berapa uang yang diberikan," katanya.