Minggu, 5 Oktober 2025

Sejak Merdeka Masyarakat Runting Melawi Belum Memiliki Jalan Sendiri

Cerita klasik, ketertinggalan karena belum ada akses jalan masih dirasakan masyarakat di Dusun Runting, Desa Nanga Pak Kecamatan Sayan, Melawi.

Editor: Sugiyarto
(foto ISTIMEWA)
Warga saat bersantai di jalan yang mereka bersihkan di dusun Runting Desa Nanga Pak, Kecamatan Sayan belum lama ini. Warga selama ini hanya mengandalkan jalur sungai saat akan pergi ke Ibu Kota. 

TRIBUNNEWS.COM, MELAWI - Cerita klasik, ketertinggalan karena belum ada akses jalan masih dirasakan masyarakat di Dusun Runting, Desa Nanga Pak Kecamatan Sayan, Melawi.

Sejak Indonesia merdeka masyarakat di sana masih mengandalkan jalur sungai untuk akses transportasi.

Kondisi ini bukan saja mengakibatkan harga kebutuhan sembilan bahan pokok di sana melonjak. Kasus warga meninggal di perjalanan saat hendak dibawa berobat ke ibu kota juga sudah menjadi cerita biasa. Karena jarak tempuh dari dusun itu sampai ke Ibu Kota relatif jauh.

Kadus, Runting, F Dinson, mengungkapkan, untuk harga kebutuhan pokok, seperti gula  pasir sudah mencapai Rp 18 ribu per Kg, demikian juga kebutuhan lainnya yang sangat mahal.

Sedangkan harga bensin dijual Rp 25 ribu per Kg (bukan perliter) ini akibat besarnya biaya perjalanan atau ongkos angkut  dengan sped boat.

“Untuk sekali jalan menuju Nanga Pinoh setidaknya kami membutuhkan biaya Rp 1 juta, sebab kami harus membawa rombongan, kalau tidak kami akan kesulitan di tengah jalan. Sebab sewaktu-waktu kapal sangkut, jadi mereka bisa membantu,”  kata Kadus Runting F Dinson Rabu (22/10).

Menurut Dinson, jika air sedang pasang, perjalan bisa ditempuh dengan waktu enam jam, namun jika musim kemarau bisa satu hari, bahkan terkadang sampai menginap di tengah perjalanan.

“Jadi terkadang saat ada warga kami yang mau berobat ke ibu kota sudah meninggal di perjalanan lebih dulu,” katanya.

Bukannya tidak berusaha, kata Dinson, warga sudah sering kali menyampaikan permohonan agar pemerintah segera membangun jalan darat menuju dusun tersebut. Namun sampai saat ini usaha itu belum juga membuahkan hasil.

“Karena warga sudah tidak sabar, kami terpaksa bergotong royong membersihkan jalan darat bekas jalan perusahaan dari Km 31 sampai ke Dusun Runting, kami juga melakukan patungan untuk membeli bensin dan membuat jembatan,” kata Dinson.

Kata dia, gotong royong tersebut sudah dilakukan beberapa kali setiap akhir pekan. Tak jarang warga juga harus menginap di tengah hutan karena ingin segera menyelesaikan pekerjaan tersebut.

 “Namun tenaga kami kan terbatas, maka dari itu kami berharap kepada pemerintah bisa segera mewujudkan keinginan kami, agar bisa dibangun jalan darat. Sebab kalau lewat darat hanya 3 jam bisa sampai ke Melawi,” katanya.

Kepala dinas Pu Melawi, Jhon Murkanto mengatakan, dari peta yang dia ketahui, kawasan Desa Nanga Pak masuk dalam kawasan hutan lindung. Kondisi ini tentu saja akan menjadi hambatan tersendiri bagi pemerintah untuk melakukan pembangunan jalan.

“Kalau tidak salah masuk kawasan hutan lindung, kalau seperti itu tidak bisa kita bangun,” katanya.

Namun demikian, kata Jhon dia berharap kepada kepala desa setempat bisa mengajukan permohonan kepada pemerintah. Termasuk diantaranya melakukan koordinasi dengan dinas kehutanan untuk mempertanyakan status jalan yang dimaksud.

“Kalau dinas kehutanan mengatakan tidak ada masalah kita bisa bahas dan menganggarkannya. Yang penting sekarang ini ajukan dulu, dan koordinasi untuk memastikan apakah kawasan hutan lindung atau tidak, sebab kalau nanti sudah kita anggarkan namun masuk kawasan hutan lindung kan sayang,” katanya. (ali)

Tags
Melawi
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved