Selasa, 30 September 2025

Dato Zaini Ingat Gam, Terenyuh di Gubuk Nurliah

"Banyak teman seperjuangan, sekarang hidupnya tak tentu arah," ujar Doto Zaini dengan suara tercekat.

Editor: Y Gustaman
Serambi Indonesia
Gubernur Aceh dr Zaini Abdullah saat berbelanja di Pasar Pagi, Aceh Tengah, Kamis (11/9). Kunjungan ke pasar tradisional merupakan bagian dari rangkaian kunjungan kerja gubernur untuk melihat realisasi sejumlah proyek Otsus tahun 2014 di sejumlah kabupaten di Aceh. IST 

Laporan Wartawan Serambi Indonesia, Ansari Hasyim

TRIBUNNEWS.COM, ACEH - SIANG tengah hari. Udara terasa gerah. Gubernur Aceh akrab disapa Dato Zaini disuguhi kelapa muda, pisang abee dan kacang rebus. Bupati Pidie, Sarjani Abdullah sesekali melirik ke arahnya. Ia menanyakan rasa pisang rebus yang tengah dinikmati Gubernur Aceh itu.

"Mangat cit (enak juga)," kata Doto seraya memandang potongan terakhir pisang rebus di tangannya. Ia sesekali menyeruput air kelapa muda dan mengambil isinya. Akrab dan penuh canda.

Kedua pejabat itu menghabiskan sekitar setengah jam beristirahat di pinggiran jalan Kecamatan Kota Bakti, Pidie, di sela-sela kunjungan kerja melihat realisasi sejumlah proyek Otsus dan APBA di wilayah utara Aceh 21-24 September lalu.

Lawatan ke Pidie itu merupakan bagian dari rute kunjungan kerja yang ditempuh Doto Zaini meliputi Aceh Utara, Lhokseumawe, Bireuen, Pidie Jaya, Pidie, Aceh Besar, berakhir di Banda Aceh. Saat di Pidie, Gubernur Zaini meninjau beberapa proyek di Kecamatan Sakti, Keumala, dan Kecamatan Padang Tiji.

Di Kecamatan Keumala Doto Zaini meninjau pembangunan Masjid Raya Jijiem. Masjid tersebut dibangun dengan anggaran tahap pertama Rp 8,4 miliar dan tahap kedua Rp 4,7 miliar bersumber dari anggaran APBA tahun 2014. Ia merasa tidak puas dengan hasil konstruksi bangunan masjid. Ia mengamati lamat-lamat setiap bagian masjid.

Zaini berpikir, ada yang perlu dibenahi dengan konstruksi bangunan masjid yang terletak di kampung mantan menteri pertahanan GAM, Zakaria Saman itu. Ia menyarankan agar tiang masjid yang belum dibangun secara sempurna, harus diperbaiki kembali. Kehadiran Doto Zaini bersama konvoi puluhan mobil spontan membuat kaget warga di jalanan. Mobil fortuner BL 1 yang ditumpanginya melesat cepat.

Di depannya, voorijder polisi memandu kuda besi itu melaju mulus. Sesekali suara sirine meraung, memberi aba-aba kepada pengguna jalan untuk menepi. Setiap satu kilometer terlewatkan dalam sekejap. Puluhan mobil lainnya mengular berpacu kecepatan di belakang. Nyaris seperti arena balapan.

Namun naifnya, jalan dilintasi Gubernur bersama rombongan dari Kecamatan Sakti menuju Keumala rusak parah. Kerusakan juga terjadi di jalan Sakti menuju Kampus Jabal Ghafur Gle Gapui, Sigli. Bahkan, air memenuhi lubang di jalan. Seperti disulut rasa kesal, beberapa warga justru memandang sinis saat rombongan gubernur berlalu.

Sayup-sayup terdengar suara teriakan meminta gubernur memperbaiki jalan dan memenuhi janji-janji politiknya saat kampanye dulu. Tapi suara warga di pinggir jalan itu seolah hilang di telan deru mesin mobil-mobil mewah yang ditumpangi pejabat.

Tidak hanya soal infrastruktur, potret kehidupan warga di sejumlah wilayah yang dikunjungi Gubernur Zaini juga tidak kalah mirisnya. Nurliah adalah salah satunya. Ia merupakan cerminan ketimpangan ketidakadilan pemerintah atas pemenuhan haknya selaku rakyat miskin.

Selama 14 tahun Nurliah menempati gubuk reotnya di sebuah kebun di Desa Asan Kumbang, Kecamatan Ulee Gle, Kabupaten Pidie Jaya.

Wanita berusia 37 tahun ini tak punya tempat tinggal. Terkadang ia tidur di emperan toko. Di lain hari pulang ke gubuk reotnya. Saat disambangi Serambi, gubuk Nurliah tampak basah.

Hujan siang itu merembes masuk melalui atap yang bocor dan bilahan dinding papan yang renggang. Saban hari dan malam ia menempati gubuk itu beralaskan tanah bertikar kardus bekas.

"Nyoe ci kalon foto lon watee teungoh na beudak, lage artis (ini coba lihat foto sewaktu masih ada bedak, seperti artis)," ujarnya memperlihatkan selembar foto ukuran postcard kepada Serambi. Foto itu dia simpan rapi sebagai kenangan mengingatkan masa mudanya yang ceria. Namun kini hidup Nurliah kian sengsara sejak ia menikah dan ditinggal pergi suaminya.

Sehari-hari ia ditemani Irhamna (14), anak semata wayang yang kini duduk di kelas tiga SMP dengan prestasi akademik cemerlang. “Lon sayang that keu jih (Saya sangat sayang padanya),” kata wanita itu memeluk putrinya.

Doto Zaini ikut terenyuh mendengar kisah hidup Nurliah. Di sela-sela ia berada di Pidie Jaya, Gubernur Zaini datang menjenguk wanita itu di gubuk reotnya. Kehadiran Doto Zaini membuat Nurliah kaget. Ia menangis di pelukan putrinya. Doto tak banyak bicara saat melihat kehidupan Nurliah yang miris.

Orang kepercayaannya, Muzakir A Hamid kemudian menyerahkan bantuan uang kepada ibu dan anak itu. “Nyoe na bacut bantuan dari Pak Gubernur, beujeut tapeuguna peu-peu yang peureule (Ini ada sedikit bantuan dari Pak Gubernur, semoga bisa dimanfaatkan untuk hal-hal mendesk),” kata Muzaikir, adik ipar Doto Zaini.

Beberapa warga lain yang melihat kehadiran Doto Zaini, lantas mengadukan nasib hidupnya. Gubernur menerima keluh kesah mereka. Ia meminta agar seluruh anak yatim di Desa Asan Kumbang didata agar mendapat bantuan beasiswa.

Kisah miris Nurliah membawa ingatan Doto Zaini kepada nasib mantan kombatan Gerakan Aceh Mereka (GAM). Dalam beberapa kesempatan di Meuligoe Bupati Bireuen, Aceh Utara, dan Aceh Besar, ia mengungkapkan keprihatinannya. "Banyak teman seperjuangan, sekarang hidupnya tak tentu arah," ujar Doto Zaini dengan suara tercekat.

Pasca-MoU damai antara RI dan GAM, awal 2006, pemerintah pusat menyalurkan dana reintegrasi Rp 600 miliar kepada 3.000 mantan GAM. Tahun berikutnya dana itu ditambah lagi untuk diberikan kepada target group lainnya, umpama kepada 6.200 eks GAM non-TNA juga kepada 6.500 relawan Pembela Tanah Air (PeTA).

Namun, dana ini tak banyak memberi dampak berarti bagi kesejahteraan eks GAM dan keluarganya. Zaini berencana mengubah kebijakan agar pemberdayaan mantan GAM dilakukan lewat program di Satuan Kerja Perangkat Aceh (dinas, badan, dan biro).

"Kalau sekarang saya dikejar-kejar proposal. Baru sebentar saya istirahat sepulang kerja, sudah datang proposal," kata Doto saat berbicara di Meuligoe Bupati Jantho, Aceh Besar.

Di sepanjang perjalanan blusukan ke daerah, Doto Zaini juga menyempatkan diri singgah di pusat pasar rakyat di jalan Bireuen-Banda Aceh. Ia membeli keripik ubi dan menyeruput sebotol air tahu, penganan dan minuman rakyat kebanyakan.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved