Polisi Gadungan
Tukang Pijat Nyaru Polisi Murni Menipu
"Kalau sepatu, saya beli di pasar loak seharga Rp 5.000. Sepatu jelek dan sudah lecet-lecet, sampai rumah saya cat hitam," aku Kusnadi di Polrestabes

TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Ulah nyleneh dan berani dilakukan oleh Kusnadi (62).
Warga asal Menganti, Surabaya itu menyamar sebagai polisi dan melakukan penipuan di empat sekolah di Manukan, Surabaya.
Kusnadi yang sudah bercucu lima ini, menyamar sebagai anggota polisi Polrestabes Surabaya guna menjalankan aksinya menipu.
Dia juga mengeluarkan modal sebagai 'polisi' satuan Sabhara, yakni membeli pakaian polisi lengkap dengan atribut-atributnya.
Pakaian dan atribut dibeli Kusnadi di toko pakaian dekat Terminal Joyoboyo Wonokromo. Dia mengeluarkan Rp 200.000 guna mendapatkan pakaian warna coklat dan dan atributnya, termasung tanda pangkat aiptu.
"Kalau sepatu, saya beli di pasar loak seharga Rp 5.000. Sepatu jelek dan sudah lecet-lecet, sampai rumah saya cat hitam," aku Kusnadi di Polrestabes Surabaya, Minggu (28/9/2014).
Dengan modal baju polisi plus atribut, Kusnadi dengan percaya diri keluar rumah. Bapak tiga anak ini beraksi di Manukan pada April 2014 lalu.
Awalnya, dia ke warung-warung di wilayah Jl Tanjung Sari Manukan.
Tidak puas menyambangi warung-warung, Kusnadi mulai mendatangi sekolah-kelolah. Dia yang mengaku Aiptu Bambang mendatangi empat sekolah, yakni SDN VI Manukan, SD Muhammadiyah dan dua TK di Manukan.
Dengan pakaian polisi, Kusandi mendatangi empat sekolah dengan modus melakukan pembinaan dan informasi keamanan.
Dia memanfaatkan isu maraknya berita penculikan anak sebagai tumbal pembangunan jembatan Sidoarjo-Mojokerto. Harapannya, setelah melakukan informasi dan menghimbau supaya sekolah bersikap hati-hati, Kusnadi mendapat imbalan dari sekolah.
"Saya dapat Rp 100 ribu dari SDN 6 Manukan, kemudian di tiga sekolah lainnya masing-masing dikasih Rp 25 ribu," ucap Kusnadi yang sehari-harinya sebagai tukang pijat di kampunya.
Kusnadi sadar, perbuatanya itu penuh risiko jika diketahui. Bahkan, sang istri Klh sudah mengingatkan tapi tidak digubris.
Ia memanfaatkan isu penculikan anak, sehingga nekad keluar masuk sekolah di Manukan. Karena isu tersebut memang cukup marak dan jadi pembicaraan masyarakat saat ini.
"Pihak sekolah juga percaya saja saat saya datang dan ingin memberi informasi supaya hati-hati. Bahkan, Kepala SDN 6 browsing internet dan percaya ada berita penculikan," aku Kusnadi enteng.
Dia menuturkan, jasa memberi informasi soal penculikan itu dipakai untuk meyakinkan sekolah-sekolah. Apalagi, saat mendatangi sekolah dan mengingatkan supaya guru dan anak-anak agar hati-hati soal penculikan, Kusandi memakai pakaian polisi.
Aksi yang dilakukan Kusandi sebagai polisi gadung akhirnya terbongkar, setelah Satreskrim Polrestabes Surabaya melakukan penangkapan terhadap pelaku di rumahnya Menaganti Gresik, Minggu (28/9/2014).
Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Sumaryono menjelaskan, pelaku ini memakai isu penculikan anak saat mendatangi sekolah-sekolah di Manukan. Saat memberi informasi dan menghimbau supaya hatai-hati, pelaku selalu memakai pakian polisi.
"Pelaku menyaru sebagai polisi dari Polrestabes Surabaya. Kepada sekolah, pelaku mengaku dari Sabhara engan panhkat Aiptu Bambang," cetus Sumaryono.
Perwira polisi menengah asal Surabaya ini meminta, supaya sekolah jangan percaya begitu saja jika memang ada oknum polisi yang datang dengan meminta jasa imbalan.
"Sekarang memang banyak berita isu penculikan, tapi tetap harus hati-hati jika ada yang mengaku polisi," ingat Sumaryono.
Perbuatan dari Kusnadi masuk katagori penipuan. Dia dijerat dua pasal, yakni 278 dan 228 KUHP soal penipuan.