Petani dari Batu Belajar Pertanian Ramah Lingkungan ke Jepang
Muhamad Unjik (25), pemuda asal Jl Sakura 25 Desa Pesanggrahan ini akan mempelajari pertanian ramah lingkungan Jepang awal tahun 2015.
Ia memperlihatkan sayuran seledri hasil panenannya yang ada di depan rumah. Meski sudah dua bulan di sana, warna daunnya masih tetap hijau dan terlihat segar.
“Kalau menggunakan pupuk kimia, disamping membutuhkan pupuk lebih banyak dengan harga lebih mahal, hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Belum lagi sayuran membutuhkan obat lebih banyak saat musim hujan datang,” terang anggota kelompok tani Tirtojoyo dan Sumberhasil ini.
Meski sudah menggunakan sistem pertanian organik, namun Unjik masih menyebut pertaniannya semi organik. Hal itu karena lahan orang lain yang ada di atas lahannya masih menggunakan pestisida kimia.
Sayangnya, hasil pertanian organik ini masih belum memiliki pasar sendiri. Unjik masih menjualnya ke pasar Karangploso bercampur dengan sayuran kimia milik petani lain.
“Kalau dijual di hotel-hotel kan jumlahnya tidak banyak. Sisanya mau di kemanakan?” ujarnya.