Gelombang Tinggi, Sebulan Nelayan Tak Melaut
Akibat tidak melaut sebulan terakhir, Halka dan teman-teman nelayan lainnya kebingungan bagaimana cara memperoleh uang untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Laporan Wartawan Pos Kupang, Simon Seli Tupen
TRIBUNNEWS.COM, MAUMERE - Akibat tidak melaut sejak sebulan belakangan ini, Halka dan teman-teman nelayan lainnya kebingungan bagaimana cara memperoleh uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang kian mendesak.
"Sudah sebulan kami tidak melaut karena cuaca buruk disertai gelombang tinggi. Kami terpaksa di rumah saja, menunggu 'kebun' kami di laut membaik," tutur Halka (27), saat ditemui di Hikong, Kamis (21/8/2014).
"Uang sumbernya dari laut, kalau seperti ini bagaimana bisa dapatkan uang untuk makan dan keperluan lainnya," katanya menambahkan.
Tak mengherankan jika para nelayan menjadi pengangguran tidak membiarkan diri telantar begitu saja di rumah. Karena tidak ada kepastian kapan cuaca akan kembali normal, tidak sedikit nelayan yang bekerja serabutan seperti menjadi pekerja di kebun, tukang ojek, kuli bangunan dan lainnya.
Walaupun penghasilan yang diperoleh tak seberapa setidaknya mereka dapat menafkahi anak dan istri di rumah.
Hal serupa juga dikeluhkan Adrianus Adi (32), dan Aji (42), warga Desa Nangahale. Keduanya mengatakan cuaca di wilayah mereka sulit diprediksi.
Apalagi langsung dengan lautan lepas sehingga saat cuaca memburuk, mereka tidak berani melaut.
"Laut di sini kadang bersahabat kadang tidak. Jadi lihat musim tenang baru melaut, kalau tidak jangan paksa, kami khawatir terjadi hal-hal buruk di laut. Kami hanya bisa berharap semoga cuaca buruk seperti ini tidak berlangsung lama, biasanya bulan ini menjadi bulan yang menyulitkan untuk kami para nelayan, karena sampai satu bulan bahkan lebih," tutur Adrianus.
Aji mengaku hingga kini belum mendapat pekerjaan sampingan seperti berapa teman lainnya. Dia mengacu cemas lantaran tidak tahu harus berbuat apa untuk memperoleh uang.