Senin, 6 Oktober 2025

Benda Cagar Budaya di Yogja dan Jateng Tersandera Konflik Kepentingan

"Kawasan tersebut kini ditempati banyak rumah pribadi warga," kata Hariyanto, Senin (9/6/2014) siang.

zoom-inlihat foto Benda Cagar Budaya di Yogja dan Jateng Tersandera Konflik Kepentingan
Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan
Sejumlah warga melintas di depan Masjid Menara di Kampung Melayu, Jalan Layu, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (31/1/2014). Masjid tersebut merupakan satu dari puluhan bangunan cagar budaya yang masih dirawat hingga sekarang, sedangkan yang lainnya mengalami kerusakan dan terbengkalai. (Tribun Jateng/Wahyu Sulistiyawan)

TRIBUNNEWS.COM,YOGYA - Ribuan benda cagar budaya (BCB) di wilayah DIY dan Jawa Tengah belum terpelihara karena adanya konflik kepentingan.

Interaksi dengan masyarakat sekitar lokasi BCB justru kerap menimbulkan masalah karena minimnya kepedulian.
Media film pun diharapkan mampu mendulang perhatian masyarakat terhadap aset bangsa itu.

KETUA panitia Festival Film Semi Dokumenter Cagar Budaya, Kun Hariyanto merasa prihatin, keberadaan ribuan BCB justru menjadi kurang terpelihara ketika sudah berinteraksi dengan masyarakat.

Seperti terjadi pada pendapa Kotagede, misalnya, yang secara fisik dilindungi namun di saat bersamaan terjebak dalam persoalan terkait ahli waris.

Nasib serupa juga dialami kawasan Benteng Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

"Kawasan tersebut kini ditempati banyak rumah pribadi warga," kata Hariyanto, Senin (9/6/2014) siang.

Untuk itu, pihaknya mengadakan Festival Film Semi Dokumenter Cagar Budaya yang lingkupnya mencakup wilayah Jawa Tengah dan DIY.

Terdapat dua kategori yang dilombakan, yaitu kategori pelajar dan mahasiswa/umum.

Melalui festival tersebut, diharapkan generasi muda dapat mengangkat persoalan di sekitar BCB serta dinamika yang terjadi di sekitarnya.

Film bergenre semi dokumenter itu dibatasi durasinya 24 sampai 30 menit saja.

Untuk mempersenjatai para peserta mengkeksekusi film tersebut, panitia juga menyelenggarakan workshop.

Pada kegiatan yang dilaksanakan pada 28 Juni itu, para peserta akan mendapat pelatihan mengenai BCB, dinamika sosial yang mungkin terjadi di sekitarnya, serta sinematografi.

Melalui pembekalan itu, Hariyanto mengharapkan permasalahan yang melingkupi BCB dan upaya pelestariannya bisa lebih tergali.

Sementara itu menurut Penanggung Jawab Publikasi dan Pemanfaatan Balai Pelestari Cagar Budaya Jawa Tengah Wahyu Kristanto terdapat dua jenis BCB.

Pertama, BCB bergerak seperti guci, kereta, koin, serta benda-benda yang dapat dipindahkan. Ada pula BCB tidak bergerak seperti candi dan bangunan kolonial.

Ia mengatakan, di wilayah Jawa Tengah terdapat setidaknya 5.000 BCB tidak bergerak. Sebagian besar di antaranya dalam keadaan rusak.

"Kalau jumlah BCB tidak bergerak, sangat sulit untuk dihitung," kata dia.

Padahal, kata Wahyu, jika bisa dimanfaatkan secara baik, keberadaan BCB bisa membawa manfaat ekonomi bagi warga sekitar.

Saat ini, baru sekitar 30 persen BCB di wilayah tersebut yang sudah bisa dimanfaatkan oleh warga, tanpa melakukan perusakan terhadap BCB itu sendiri.

Menurut Wahyu, film bisa menjadi media komunikasi efektif untuk mengenalkan BCB pada masyarakat.

"Cagar budaya adalah aset besar bagi bangsa ini, semoga kita semua bisa melestarikan," ujar Wahyu.

Festival Film Semi Dokumenter Cagar Budaya ditargetkan akan diikuti 50 kelompok dari DIY dan Jawa Tengah.
Periode pendaftaran dimulai sejak Senin (9/6) hingga 15 Agustus 2014. Pendaftaran dan persyaratan teknis dapat dilihat melalui situs resmi www.ffsd-bpcbjateng.com.

Rangkaian kegiatan akan diakhiri malam anugerah yang akan dilaksanakan 30 Agustus mendatang.

Gelar terbaik untuk setiap kategori akan diberikan kepada sutradara terbaik, film terbaik, dan penulis naskah terbaik. (Niti Bayu Indrakrista)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved