Ujian Nasional 2014
Pemkab Garut Ingkar, Puluhan Peserta UN ke Sekolah Menyeberang Dengan Ban
Mereka terlambat karena harus mengantre untuk menyeberangi Sungai Cikandang
Editor:
Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Sejumlah pelajar kelas IX SMP 2 Pakenjeng, SMP Satu Atap 3 Pakenjeng, dan MTs Al Kasfiyah di Desa Tanjungmulya, Kecamatan Pakenjeng, terlambat mengikuti UN hari pertama, Senin (5/5/2014). Mereka terlambat karena harus mengantre untuk menyeberangi Sungai Cikandang setelah jembatannya ambruk terbawa banjir bandang, 14 April 2014.
Kepala Desa Tanjungmulya, Yosep Firman, mengatakan sekitar 40 pelajar SMP dan MTs diseberangkan menggunakan ban dan rakit bambu yang diikatkan pada bentangan tali tambang, sejak pagi. Namun sampai pukul 08.00, pelajar SMP dan MTs peserta UN belum semuanya diseberangkan dari tempat tinggalnya di Kampung Porehek ke Kampung Bokor di desa tersebut.
"Semua sekolahnya ada di Kampung Bokor. Sebagian memang sudah pergi ke sekolah sejak kemarin malam, menginap di rumah saudaranya. Cuma, kebanyakan yang tidak menginap dan jadinya harus menyeberang dulu pakai ban. Dengan ini bisa menyeberang sungai berarus deras dengan lebar sekitar 50 meter," kata Yosep, Senin (5/5/2014).
Perahu karet yang dijanjikan Pemerintah Kabupaten Garut, katanya, tak kunjung datang. Sehingga, masyarakat membuat rakit dan ban sebagai sarana penyeberangan secara swadaya untuk menyeberang sungai.
"Besok kami minta para pelajar supaya menyeberangi sungai ini sejak subuh. Bannya terbatas, cuma muat sampai empat orang. Hari ini mereka telat UN karena harus menyeberang dulu secara darurat. Mereka harus menyeberang, berbagi bersama warga yang juga akan melakukan aktivitas," katanya.
Selain para pelajar SMP dan MTs, katanya, sarana penyeberangan darurat ini digunakan murid SDN 3 dan 4 Tanjungmulya. Hampir sekitar 100 murid SD ini membolos karena kesulitan menyeberangi sungai.
Tidak terdapat jalur darat alternatif untuk menyeberang sungai ini, kecuali mengambil jalur memutar sampai sekitar 20 kilometer. Jika arus sungai menjadi sangat deras, katanya, warga pun tidak berani menyeberanginya menggunakan ban atau rakit. (sam)