Sabtu, 4 Oktober 2025

Penderita Radang Otak Tewas Setelah Minum Jamu Oplosan

Sugiyo meninggal setelah sehari sebelumnya, mengonsumsi jamu bersama enam rekannya di sebuah kedai jamu tradisional

Editor: Dewi Agustina
Tribun Jogja/Singgih Wahyu Nugraha
Didik Haryanto (40) meminta perlindungan ke Mapolsek Galur setelah seorang rekannya tewas usai menenggak jamu oplosan. Dia merasa khawatir jika keluarga korban tak terima dengan kejadian tersebut. 

Laporan Wartawan Tribun Jogja, Singgih Wahyu Nugraha

TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO - Sugiyo (35), warga Pedukuhan X, Desa Brosot, Kecamatan Galur, dikabarkan tewas setelah menenggak minuman jamu oplosan, Rabu (4/12/2013). Dia sempat dibawa ke rumah sakit sebelum akhirnya mengembuskan nafas terakhir.

Informasi dihimpun, Sugiyo meninggal setelah sehari sebelumnya, Selasa (3/12/2013) mengonsumsi jamu bersama enam rekannya di sebuah kedai jamu tradisional di belakang Pasar Kliwon, Kranggan, Galur. Mereka meminum jamu oplosan dari bahan madu, beras kencur, alkohol roti, dan anggur hitam. Namun, Rabu, Sugiyo justru tak sadarkan diri hingga dilarikan ke RS Pura Raharja Lendah untuk mendapatkann perawatan intensif.

Dia juga dirujuk ke RS Hidayatullah Yogyakarta namun nyawanya tak tertolong. Dia meninggal di rumah sakit tersebut sekitar pukul 21.15 WIB. Seorang rekan sekaligus tetangga korban yang turut meminum jamu oplosan tersebut, Didik Haryanto (40), mengatakan, usai minum jamu dan mengobrol hingga sore, mereka lalu bertandang ke rumahnya. Di sana, korban tidur di lantai teras hingga keesokan paginya.

"Pada Rabu itu sepulang kerja, saya dikabari orangtuanya untuk datang ke rumah. Sampai sana, ternyata Sugiyo dalam keadaan tak sadar diri, mengigau dan nyerocos. Lalu saya antarkan ke RS Pura Raharja. Ternyata malamnya saya dikabari keluarganya bahwa dia meninggal di rumah sakit di Yogya," kata Didik, Kamis (5/12/2013).

Menurut Didik, kawan-kawan lain yang juga turut meminum jamu oplosan tersebut tidak ada satupun yang mengalami sakit setelah menenggak jamu tersebut. Karena itu, dia heran dan khawatir dengan kondisi yang menimpa korban.

Setelah mendapat kabar meninggalnya korban, Didik langsung mendatangi Mapolsek Galur untuk mengamankan diri dan meminta perlindungan. Hal ini ia lakukan lantaran didasari rasa bersalah dan ketakutannya jika keluarga merasa tak terima dengan kejadian itu.

"Saya bermaksud meminta perlindungan ke polisi, takutnya keluarga nggak terima. Karena, saya yang ngajakin korban untuk ikut minum-minum," jelasnya.

Kapolsek Galur, Kompol Bonifasius Slamet, membenarkan kejadian tersebut. Dari keterangan yang dihimpunnya, korban diketahui sudah menderita penyakit radang otak tersebut sejak lama bahkan sering pingsan di rumah. Korban dikatakannya memang sempat meminum jamu oplosan bersama teman-temannya. Korban lantas tertidur di lantai teras rumah Didik. Keesokan paginya, ada seorang saksi yang melihat korban sudah pindah tidur di sebuah lincak di bawah pohon belakang rumah Didik.

Namun, Boni mengaku belum bisa menyimpulkan apakah penyebab kematian korban dikarenakan jamu oplosan yang dikonsumsi atau ada sebab lain. Hasil visum dokter menyebutkan bahwa korban meninggal akibat peradangan otak.

"Iya memang benar dia sebelum meninggal itu minum jamu oplosan. Tapi kan dari pemeriksaan dokter bukan karena jamu oplosan itu. Kami tetap berpegangan pada surat dokter itu," katanya.

Menurutnya, polisi tidak bisa melakukan penyelidikan atas kejadian tersebut karena tidak ada yang melaporkan, baik pihak keluarga maupun masyarakat lainnya. Pihaknya hanya melakukan pemantauan terhadap penjual jamu oplosan tersebut. Pihaknya juga sudah mendatangi rumah sakit untuk menanyakan barangkali bahan yang dioplos ada kesalahan.

"Kami belum mendapat laporan resmi. Kita tetap pantau penjual jamu tradisional itu karena itu sudah lama buka," ujarnya.(ing)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved