Selasa, 7 Oktober 2025

187 Warga Garut Positif Terjangkit Malaria

Sebanyak 187 warga dinyatakan positif terjangkit malaria dan 194 warga lainnya positif terserang demam berdarah di Kabupaten Garut

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto 187 Warga Garut Positif Terjangkit Malaria
Net
Nyamuk Anopheles, penyebar virus malaria

TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Sebanyak 187 warga dinyatakan positif terjangkit malaria dan 194 warga lainnya positif terserang demam berdarah di Kabupaten Garut sejak Januari sampai Oktober 2013. Warga diimbau untuk tidak panik dan tetap menjalankan perilaku hidup sehat, terutama membasmi sarang nyamuk.

Kabid Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Tatang Wahyudin, mengatakan 187 kasus malaria terjadi di tujuh kecamatan endemis malaria, sedangkan 194 kasus demam berdarah terdapat di 29 kecamatan di Kabupaten Garut. Beberapa kasus di antaranya terjadi karena warga terserang malaria dan demam berdarah di luar daerah tempat tinggalnya.

"Alhamdulillah, sampai saat ini tidak ada kematian penderita. Data ini sesuai dengan diagnosis penyakit berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium. Warga kami imbau untuk tidak langsung menganggap keluarganya terserang demam berdarah jika mengalami demam yang tak juga pulih," kata Tatang di Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Garut, Jumat (29/11/2013).

Dihubungi terpisah, Kepala RSUD Pameungpeuk, dr Nadia Fachruddin, mengatakan selain DBD, warga Kabupaten Garut harus mewaspadai malaria. Menurut Nadia, di kawasan selatan Kabupaten Garut, penyakit malaria lebih mendominasi dibandingkan DBD.

"Semua wilayah di kawasan selatan Kabupaten Garut adalah wilayah endemis malaria. Di Garut, penyakit ini disebabkan oleh Plasmodium vivax. Malaria menjadi penyakit endemis di selatan karena kondisi wilayah yang memiliki pantai dan laguna," ujar Nadia, kemarin.

Beberapa wilayah endemis malaria, ujarnya, adalah Kecamatan Cibalong, Cikelet, Mekarmukti, Bungbulang, Pameungpeuk, Caringin, dan Pakenjeng. Kasus malaria, katanya, selalu terjadi setiap tahun tanpa mengenal musim atau waktu khusus.

"Jumlah penderita malaria tidak bisa dipastikan secara keseluruhan karena datanya tersebar di setiap puskesmas. Di RSUD Pameungpeuk saja, misalnya, setiap bulan pasti ada dua atau lebih warga yang terjangkit malaria," tuturnya.

Penyakit malaria, tuturnya, sering disebarkan oleh nyamuk Anopheles atau nyamuk sawah yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati, kemudian menginfeksi sel darah merah.
Pasien yang terinfeksi malaria akan menunjukkan gejala awal menyerupai penyakit influenza berat, tapi bila tidak diobati dapat terjadi komplikasi.

"Tidak mungkin dihilangkan tempat berkembang biaknya itu, yakni tempat pertemuan air laut dan air sungai. Sekitar 20 persen kasus malaria dialami warga yang merantau ke daerah di luar Garut yang endemis malaria, seperti Sumatra dan Kalimantan," katanya.

Semua puskesmas di kawasan selatan Kabupaten Garut, tuturnya, memiliki juru malaria desa (JMD), yang bertugas berkeliling desa untuk menemukan kasus malaria. Saat menemukan warga yang dicurigai terjangkit malaria, penderita diminta melakukan pemeriksaan darah untuk memastikan penyakitnya.

Satu-satunya cara menghindari malaria, tuturnya, adalah menghindari gigitan nyamuk. Upaya pencegahannya antara lain tidur menggunakan kelambu, memasang antinyamuk di dalam ruangan, dan menggunakan lotion antinyamuk saat bepergian malam hari.

Tatang menjelaskan, terungkapnya 187 kasus malaria dan 194 kasus demam berdarah berawal dari ratusan kasus penyakit yang memiliki gejala yang sama dengan demam berdarah dan malaria. Kebanyakan warga yang mengalami gejala dua penyakit tersebut, tuturnya, hanya mengalami penyakit flu berat dan gejala tifus yang kerap muncul pada musim pancaroba.

"Beberapa warga sudah mengajukan fogging dan kami tindak lanjuti. Di antaranya pengasapan di kompleks asrama Korem 062 Tarumanagara dan Astanagirang di Kecamatan Tarogongkidul, fogging dua hari dan sehari lalu. Kasus ini diperkirakan akan bertambah banyak pada musim hujan," kata Tatang.

Warga di kawasan endemik demam berdarah di Kabupaten Garut diminta untuk tidak mengandalkan pengasapan dalam memberantas nyamuk vektor DBD, Aedes aegypti. Namun, jika membutuhkan fogging, warga diminta memusyawarahkannya dahulu dengan perangkat desa atau kelurahan dan warga lainnya.

Warga, ucapnya, cenderung ketakutan saat keluarga dan kerabatnya jatuh sakit seperti demam dan peradangan. Mereka kemudian meminta dinas melakukan pengasapan tanpa bermusyawarah dengan warga lainnya. Akibatnya, tim pengasap ini ditentang atau bahkan dimarahi warga lainnya yang tidak menyetujui fogging. (sam)

Sumber: Tribun Jabar
Tags
malaria
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved