Dedi Dores dan 5 Temannya Tersambar Petir
Enam petugas pengamanan (Pam) Kantor Komisi Independen (KIP) Kota Subulussalam terkapar akibat disambar petir saat hujan
TRIBUNNEWS.COM, SUBULUSSALAM - Enam petugas pengamanan (Pam) Kantor Komisi Independen (KIP) Kota Subulussalam terkapar akibat disambar petir saat hujan deras dan angin kencang melanda daerah itu, Kamis (31/10/2013) sekitar pukul 16.30 WIB.
Akibatnya, keenam korban yang terdiri atas personel kepolisian dan Satpol PP itu dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Subulussalam untuk mendapatkan penanganan medis.
Di antara enam korban, dua dari Satpol PP, yakni Dedi Dores (23) dan Sarkani (28). Empat orang lainnya polisi, masing-masing Brigadir Fadhlianto (32), Sabhara Polres Singkil; Briptu Riki Arjuna (27), dalmas Polda Aceh; serta Brigadir Irwanto dan Brigadir Agus.
Saat kejadian, keenam korban sedang duduk istirahat seraya berbincang-bincang di kantin yang berada di bagian belakang Kantor KIP Subulussalam. Lalu sekitar pukul 16.00 WIB, hujan mengguyur Kota Subulussalam disertai angin dan kilat yang menyambar-nyambar.
Hujan deras itu diselingi suara petir yang bergemuruh, memekakkan telinga. Suara petir sambung-menyambung membuat warga Subulussalam ketakutan. Apalagi tampak kilat dan sambaran ke sejumlah alat elektronik. Pada saat bersamaan puluhan petugas pengamanan Kantor KIP Subulussalam, menurut Sarkani, ikut ketakutan. Bahkan, tak sedikit pula aparat yang tiarap di lantai lantaran takut sambaran petir.
Di tengah ketakutan itu, tiba-tiba halilintar menyambar lagi, sehingga lima orang pengaman kantor KIP jatuh terkulai. Sarkani yang mulai siuman ketika dikonfirmasi Serambi (Tribunnews.com Network) mengaku saat lima rekannya tumbang, ia sebenarnya masih sadar dan meminta pertolongan kepada sejumlah petugas Pam yang berada di dalam kantor KIP. Namun, aparat keamanan di sana juga ketakutan, sehingga lebih memilih tiarap di lantai.
Sejumlah petugas lainnya memanggil ambulans untuk membawa korban ke RSUD. Sarkani juga sempat memboyong kelima rekannya ke rumah sakit. Tapi sesampai di ruang UGD, dia juga ikut tumbang.
Kejadian ini tak menyebabkan korban jiwa, karena para korban hanya pingsan, lalu terjatuh. Tapi kemudian mereka tak sanggup berdiri lagi lantaran badan dan kakinya kaku akibat tersengat listrik alam dari petir.
Dokter Halimatussakdiah yang menangani keenam korban kepada Serambi mengatakan tadi malam, kondisi pasien mulai membaik sehingga tak perlu diopname.
"Mungkin sekarang tinggal traumanya saja," ujarnya.
Berdasarkan catatan Serambi, cuaca ekstrem atau hujan disertai angin kencang dan petir sering melanda Kota Subulussalam. Bahkan, hujan disertai angin kencang plus gemuruh petir membuat masyarakat setempat waswas. Meski sejumlah atap seng rumah warga sempat berderak-derak dan tersingkap, hingga kini belum ada laporan kerusakan bangunan atau fasilitas publik akibat hujan dan angin tersebut, kecuali enam korban yang disambar petir.
Pada Desember 2011 dan Maret 2012, ada sekitar 17-an warga menjadi korban sambaran petir di Subulussalam. Menurut dr Halimah, pertolongan pertama terhadap korban petir yang selama ini lazim dilakukan adalah melumuri tubuh korban
dengan tanah basah atau lumpur.
"Itu salah satu upaya untuk mengalirkan panas yang masuk dalam tubuh korban sambaran petir. Selain itu, bisa pula dengan cara membalut tubuh pasien dengan selimut," ujarnya.
Sementara itu, sejumlah ruas jalan di Subulussalam terendam air luapan akibat hujan deras. Beberapa rumah warga di Jalan Malikussaleh, misalnya, terendam air hujan akibat luapan dari drainase. Kondisi serupa juga terjadi di sekitar tugu BPD Aceh, tepatnya di persimpangan arah Runding dan menuju Tapaktuan.
Air luapan juga terlihat di Jalan Lorong Kombih, persis di samping kompleks SMP Muhammadiyah Subulussalam. Tinggi air luapan yang merendam badan jalan itu sepaha orang dewasa. (kh)