Ingin Miliki Gadget Terbaru Sherly Malah Tertipu Toko Online
Sherly (22), warga Batam hanya bisa menangis saat menceritakan penipuan yang dialaminya.
Laporan Tribunnews Batam Hadi Maulana
TRIBUNNEWS.COM, BATAM - Sherly (22), warga Batam hanya bisa menangis saat menceritakan apa yang dialaminya itu kepada petugas SPK (Sentra Pelayanan Kepolisian) Polsek Lubuk Baja, Batam, Senin (30/9/2013).
Tangisan itu membuncah, ketika dirinya menjadi korban penipuan belanja online produk telepon seluler (ponsel) yang berada di Lampung. Akibatnya, Sherly mengalami kerugian hingga Rp 9 juta.
Dengan kondisi sedih, Sherly menceritakan kejadian ini berawal informasi temannya untuk membeli barang elektronik via situs online. Shelry memercayai informasi itu, karena sang teman sebelumnya sudah mencoba dan berhasil.
Berdasarkan keberhasilan temannya itu, akhirnya Sherly memberanikan diri membeli ponsel android yang tengah menajdi tren, iPhone 5c.
"Karena teman saya juga pernah membeli melalui toko online tersebut, dan mendapatkan ponselnya, makanya saya tertarik dan sama sekali tidak menaruh curiga. Ditambah lagi toko online tersebut menawarkan iPhone 5c dengan harga Rp 3,5 juta. Tanpa ada rasa curiga saya langsung memesan dua unit," kata Sherly.
Sherley ternyata tidak hanya memesan dua unit iPhone 5c seharga Rp 3,5 juta. Belakangan, dirinya juga memesan BlackBerry Dakota yang dibandrol Rp 3 juta di toko online yang bernama www.gadgetlampungmurah.com.
"Dengan ongkos kirim (ongkir) saya disuruh mentransfer uang melalui bank BII atas nama Fransiska Merlin senilai Rp 9,5 juta," kenangnya.
Usai mentransfer, sambungnya, Sherly sempat dihubungi yang mengatasnamakan dari www.gadgetlampungmurah.com yang menuturkan lama pengiriman tiga hari jam kerja.
"Saya mentransfer uangnya, Kamis (26/9/2013). Dan karena hari ketiganya Minggu, jadi barang dipastikan Senin (30/9/2013) tiba di Batam," ungkapnya.
Namun, karena tidak sabaran untuk memiliki ponsel yang lagi tren saat ini, Sherly kembali menghubungi www.gadgetlampungmurah.com. Ketika itulah, dirinya tahu kalau online yang dipercayainya itu rupanya penipu.
"Saat saya hubungi, nomor ponselnya sudah tak lagi aktif. Bahkan, hingga pukul 11.00 wib saya hubungi juga tidak aktif. Dari sana saya tahu kalau saya menjadi korban penipuan," ujarnya.
Saat ini, kasus tersebut belum dilaporkannya ke Polsek Lubuk Baja. Sebab, dirinya ingin berkoordinasi dengan pihak bank yang sebelumnya dipergunakannya untuk mengirim uang tersebut.
"Saya sudah berkoordinasi dengan Polsek Lubuk Baja, namun mereka juga bingung karena online tersebut berada di Lampung. Makanya saya coba melacak melalui bank yang saya pergunakan untuk mentransferkan uang itu," tandasnya.