Sebagian Raskin ke-13 di Cianjur Sangat Jelek
Beras untuk warga miskin (raskin) ke-13 yang disalurkan di Kabupaten Cianjur dikeluhkan sejumlah piha
TRIBUNNEWS.COM CIANJUR, - Beras untuk warga miskin (raskin) ke-13 yang disalurkan di Kabupaten Cianjur dikeluhkan sejumlah pihak. Pasalnya mutu raskin yang juga merupakan kompensasi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) itu mengecewakan masyarakat lantaran dinilai tidak layak konsumsi.
Warga RT 04/RW 10, Kampung Dangdeur, Desa Ciwalen, Kecamatan Warungkondang, Kabupaten Cianjur, Devi (32), mengatakan kondisi raskin yang dibelinya tidak seperti biasa.
"Berasnya pada pecah-pecah bisa dibilang bubuk. Kurang layaklah kalau untuk makan, tapi bagaimana lagi kami juga perlu makan, mau beli beras yang ada di toko uangnya tidak ada jadi kami terima saja," ujar Devi, Minggu (21/7). Ia merupakan rumah tangga sasaran (RTS).
Hal senada dikatakan seorang Ketua RT yang enggan disebut namanya di Kampung Panyaweuyan, Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur. Ia mengatakan, sebagian besar kondisi beras yang diterima pecah-pecah. Menurutnya, dalam satu karung 40 persen kondisinya pecah-pecah.
"Istilahnya sudanya mah benyeur atau menir. Ada kemungkinan sepertinya ini beras yang masih muda dipaksakan untuk digiling," katanya.
Dikatakannya, banyak yang komplain dan tidak jadi membeli. Kalaupun membeli banyak warga yang mengeluh dengan cara menggerutu. "Raskin memang beras buat orang miskin tapi jangan begini amat yang manusiawilah," kata Dudung.
Pihak desa, yakni Kepala Desa Gadog, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Isa Saepudin mengatakan, raskin ke-13 yang diterima pihaknya berkualitas jelek. Dari raskin tersebut tercium bau apek dan kondisinya pecah-pecah.
"Hampir separuh jatah raskin untuk 587 rumah tangga sasaran di desa kami kondisinya rusak. Kondisinya berbau beras lama dan bubuk. Mungkin kalau ditotal ada 3,5 tonan karena jatah raskin di desa kami mencapai delapan tonan," kata Isa di Cianjur, Minggu (21/7/2013).
Menurut Isa, kualitas raskin tersebut tidak seperti jatah raskin bulan sebelumnya sehingga pihaknya pun terpaksa menjemur berasnya terlebih dulu sebelum dibagikan.
"Dari setiap karung ada kebanyakan bercampur dengan beras yang kondisinya bubuk. Ada yang lebih banyak dan ada yang lebih sedikit. Akibatnya penjualan jadi terhambat dengan kondisi ini," kata Isa.
Hal senada juga dikatakan Kepala Desa Cipendawa, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Acep Ganda Permana. Ia mengatakan, kualitas raskin ke-13 yang dikirim ke desanya sangat jelek.
Akibat hal tersebut, lanjut Acep, masyarakat enggan untuk membeli. Bahkan pengelola raskin di desanya mengembalikan raskin ke desa lantaran dikomplain warga.
"Yang mengembalikan banyak. Tidak hanya satu atau dua RT saja. Kalau beras tersebut disaring dari 15 kg yang buruknya bisa sekitar 2 kg. Raskin kali ini bisa dibilang paling buruk baru yang pernah kami terima," kata Acep.
Akibat adanya pengembalian raskin ke desa, pihaknya juga merasa kerepotan. Pasalnya pihak desa khawatir akan kesulitan melunasi pembayaran raskin jika jatahnya tidak habis terjual.
"Kami berharap untuk ke depan agar beras yang disalurkan kulitasnya jangan sampai seperti ini lagi. Kasihankan masyarakat, sudah miskin ditambah lagi diberi beras yang seperti ini," ujar Acep.
Tak hanya di wilayah Kecamatan Pacet, Kepala Desa Sukaraharja, H Abo, mengatakan, raskin ke-13 di wilayahnya juga berkualitas buruk. Kondisinya pun hampir serupa dengan kondisi raskin yang diterima di sejumlah desa di Kecamatan Pacet.
"Kalau baunya saya tidak tahu karena tidak menciumnya. Yang jelas berpasir, masih ada dedaknya, dan bubuk," kata Abo singkat ketika dihubungi melalui ponselnya.(cis)