Selasa, 30 September 2025

Kepala Dicincang, Zainudin Ternyata Dimutilasi

Zainudin dibunuh sekitar pukul 15.00 Wita saat korban sedang mencari rumput untuk ternaknya.

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto Kepala Dicincang, Zainudin Ternyata Dimutilasi
IST
ILUSTRASI

Laporan Wartawan Pos Kupang, Sarifah Sifah

TRIBUNNEWS.COM, LARANTUKA--Arkian Sipri Mean, keluarga korban  Zainudin G Mitan  (73), warga Redon Tena, Kecamatan Kelubagolit, yang dibunuh  pada Senin (1/7/2013) lalu, menuntut polisi mengusutnya sampai tuntas.

Zainudin dibunuh sekitar pukul 15.00 Wita saat korban sedang mencari rumput untuk ternaknya. Korban ketika itu memotong rumput di kebun milik warga Redon Tena yang bukan masuk wilayah sengketa. Bahkan Zainudin bukan warga Suku Lamauran yang ikut dalam sengketa lahan yang diperebutkan dengan warga Adobala.

Zainudin berasal dari Suku Lamabelawa yang tidak ada sangkut pautnya dengan konflik tanah.
Namun naas, korban ditembak dari belakang di pinggangnya dan kemudian terjatuh. Saat korban terjatuh itulah, kepala korban dipotong dan nyaris putus. Belum puas memotong kepala korban, para pelaku yang belum teridentifikasi itu mencincang kepala korban, kemudian memotong kaki dan tangan korban.
Arkian juga mengklarifikasi bahwa kepala korban dipenggal lalu di bawa ke Adobala.

"Yang benar adalah kepala korban ada bersama jasad korban, namun sudah dicincang. Ini pembunuhan sadis dan dilakukan secara berencana oleh banyak orang. Mereka melakukannya terhadap orang tua yang kondisinya tidak kuat, di mana kaki korban saat itu sedang sakit. Perbuatan mereka sangat sadis. Ini kriminal murni bukan karena konflik perebutan lahan," kata saudara sepupu korban, Arkian Sipri Mean di rumah duka, Desa Redon Tena, Rabu (3/7/2013).

Arkian ketika itu didampingi anak laki-laki korban, Yusuf, puluhan keluarga dan warga Redon Tena. Hadir juga, pejabat Polres Flotim, Ipda Erna Romakia.  Sementara Dandim 1624 Flotim bersama anggota hadir menemui tokoh adat di desa itu.

Ia menilai, pembunuhan terhadap korban dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab karena usai membunuh korban tidak ada yang menyatakan bertanggungjawab. "Karena itu, kami minta polisi harus segera mengusut tanpa harus menunggu keluarga korban melaporkan kasus itu ke polisi. Kami tahu polisi tahu pelakunya. Jika polisi tidak menemukan pelakunya, maka saya yang akan memimpin pasukan dan maaf, saya akan minta polisi dan tentara mundur," tandas Sipri Mean Arkian, mantan anggota DPRD Flotim  1999-2004.

Ditanya soal penyidik kepolisian enggan masuk karena takut dua anggotanya kena pukul di wilayah Redon Tena, Arkian mengakui, jika ada penganiayaan terhadap dua oknum polisi itu tidak diketahui karena saat bersamaan warga panik mendengar Zainudin dibunuh. "Warga menyesalkan sikap polisi yang lamban. Masa ada polisi tapi warga kami dibunuh. Ini namanya pembiaran," terangnya. Ia berjanji memberikan tempat bagi polisi untuk masuk ke wilayah Redon Tena melakukan pengusutan. "Saya jamin kapolres dan anggotanya masuk ke wilayah Redon aman," katanya.

Mengenai keluarga menolak korban divisum, Arkian membantah. "Kami malah minta divisum. Namun kami minta sebelum jam 9 pagi dokter sudah harus visum. Namun kami tunggu hingga korban mau dikafankan, dokter baru datang, sementara kondisi korban sudah tidak tahan, maka kami segera kuburkan. Tapi kami siap jika ada permintaan otopsi," tandasnya. Ditanya kapan perang usai, Arkian mengakui, jika sudah ada darah, maka sulit untuk menyudahi perang. "100 turunan masih perang," tegasnya. *

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan