Selasa, 30 September 2025

Teater Menjadi Terapi bagi Napi Banceuy

TEATER D13 Lapas Banceuy sukses menampilkan pertunjukan teater yang berjudul Yang Lahir dari Jeruji Besi.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Teater Menjadi Terapi bagi Napi Banceuy
TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Ilustrasi

Laporan Wartawan Tribun Jabar, Ferri Ahrial

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -- TEATER D13 Lapas Banceuy sukses menampilkan pertunjukan teater yang berjudul Yang Lahir dari Jeruji Besi. Penampilan pada Kamis (16/5/2013) tersebut disutradarai oleh Agus Darmawan SSn, mahasiswa pascasarjana Institut Kesenian Jakarta.

Menurut Agus, lakon Yang Lahir dari Jeruji Besi merupakan sebuah eksperimentasi teater sebagai terapi bagi warga binaan di lembaga permasyarakatan. Sebagai tugas akhir studinya, ia memberdayakan Teater D13 Lapas Banceuy sebagai objek eksperimentasi.

Pertunjukan dimulai dengan properti yang sederhana, seperti bendera Merah Putih, beberapa kursi dan meja, serta properti penunjang artistik lainnya. Pertunjukan di Aula Lapas Banceuy, Jalan Soekarno Hatta, itu juga disaksikan tokoh senior perfilman nasional Slamet Rahardjo yang datang bersama Djakob Sumardjo.

Pada saat pertunjukan dimulai, tujuh pemain seperti berikrar dengan sangat tegas mengikuti suara jarum jam. Di samping itu, ada pula yang berperan sebagai jam yang sedang berdetak. Pada detik-detik itu, pertunjukan mulai mencekam dan hening di segenap ruangan. Semua pemeran, yang merupakan narapidana di Lapas Banceuy, bersiap-siap melakonkan perannya masing- masing.

Yang Lahir dari Jeruji Besi merupakan pertunjukan teater yang merefleksikan kehidupan sehari- hari di dalam lapas. Pemain (sebagai napi) seolah-olah mendramatisasikan kegiatan sehari- hari mereka, seperti membersihkan lingkungan lapas, antre menunggu makan, hingga pengalaman-pengalaman mengharukan lainnya. Namun, pertunjukan tidak hanya sekadar rangkaian realitas kehidupan di Lapas.

Agus Darmawan memoles Yang Lahir dari Jeruji Besi dengan sentuhan akrobatik. Pemain juga mempertunjukkan gerakan-gerakan koreografis. Penggunaan meja panjang sebagai properti pertunjukan diharapkan menambah nilai estetis. Tentunya, nilai-nilai tersebut akan menjadi terapi positif bagi napi di Lapas Banceuy. Selain itu, secara empirik, teater merupakan "obat" yang ampuh untuk mengatasi beberapa persoalan yang berhubungan dengan mental, sosial, dan intelektualitas.

Dengan mengedepankan pendalaman psikologi, pertunjukan hari itu juga diramu dengan nilai- nilai agamis. Alo (33), yang berperan sebagai Raja Dalam Musik, mengaku sangat tersentuh dengan pertunjukan pagi itu.

"Saya merasa sangat tersentuh. Berdiri sebagai pemain teater merupakan pengalaman yang tak akan pernah saya lupakan. Intinya seru dan menyentuh," ujar Alo kepada wartawan seusai pertunjukan.

Narapidana yang telah empat tahun di Lapas itu menggangap kesenian adalah salah satu cara untuk mengekspresikan diri. Menurutnya, jika tidak kreatif kehidupan di lapas akan sangat menjadi jenuh.

"Meski saya harus menunggu hingga enam tahun lagi untuk bebas dari Lapas Banceuy ini, dengan berkesenian akan membuat kehidupan di sini (Lapas Banceuy) menjadi lebih hidup lagi," tambahnya.

Seusai penampilan, Wahid Husen, Kepala Lapas Banceuy, memberikan selamat kepada semua pemeran Yang Lahir dari Jeruji menyertai tepuk tangan apresiasi yang bergemuruh dari penonton. (*)

Sumber: Tribun Jabar
Tags
napi
teater
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan