Senin, 6 Oktober 2025

Kenangan Hermanto Wijaya Diundang Thatcher ke Kedutaan

Wafatnya mantan Perdana Inggris Margaret Thatcher, 8 April 2013 lalu pada usia 87 tahun meninggalkan duka mendalam bagi

Editor: Dewi Agustina
zoom-inlihat foto Kenangan Hermanto Wijaya Diundang Thatcher ke Kedutaan
Bangka Pos/Nurhayati
Kuil Dewi Kuan Yin di Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka-Belitung (Babel)

Laporan Wartawan Bangka Pos, Nurhayati

TRIBUNNEWS.COM, BANGKA - Wafatnya mantan Perdana Inggris Margaret Thatcher, 8 April 2013 lalu pada usia 87 tahun meninggalkan duka mendalam bagi Hermanto Wijaya pemilik Kuil Dewi Kuan Yin, yang berada di wilayah Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka-Belitung (Babel).

Bagi Hermanto, sosok Margaret Thatcher meninggalkan kenangan manis dan berkesan bagi sejarah hidupnya. Untuk mengenang kepergian tokoh dunia yang dikenal dengan The Iron Lady ini maka Hermanto memasang bendera kebangsaan Inggris setengah tiang di Kuil Dewi Yin berdampingan dengan bendera merah putih Republik Indonesia (RI).

Pemasangan bendera Inggris setengah tiang tanda berduka cita ini dipasangnya sejak tanggal 8 hingga 17 April nanti hingga Margaret Thatcher dimakamkan.

"Waktu saya SMA saya lihat ada seorang wanita Perdana Menteri Ny Thatcher. Saya kumpulkan berita-beritanya ternyata unik dalam sejarah hidupnya Thatcher," kisah Hermanto, Sabtu (13/4/2013) malam kepada Bangka Pos (Tribunnews.com Network) di Kuil Dewi Kuan Yin.

Pada kesempatan ini dengan fasih, ia mengulas mengenai sisi kehidupan tokoh perempuan Inggris yang terkenal itu dari mulai masa kecil hingga naiknya Margaret Thatcher sebagai PM Inggris.

Saat itu pada tanggal 9 April 1985 Margaret Thatcher berkunjung kenegaraan ke Jakarta bertemu dengan Presiden Soeharto.

"Waktu dia datang saya mau bertemu Ny Thatcher imposible, saya keliling istana dua kali terus berhenti. Saya melihat mobil membawa Ny Thatcher turun Pak Harto menyambut di tangga. Saya bangga melihatnya," kata Guru Bahasa Mandarin ini.

Kemudian Hermanto memberanikan diri menulis surat kepada PM Inggris tersebut melihat kedatangannya ke Indonesia dan mengklipping semua pemberitaan mengenai kunjungan Thatcher ke Indonesia yang dikirimkannya ke Kedutaan Inggris.

Lewat klipping inilah dia berhasil bertemu dengan tokoh idolanya Margaret Thatcher dan beberapa tokoh dunia lainnya. Ternyata klipping dan suratnya dikirimkan Kedutaan Inggris kepada Margaret Thatcher.

Tidak disangka ternyata pada Selasa, 18 Juni 1985 Hermanto mendapatkan undangan resmi dari Kedutaan Inggris yang memintanya datang ke kedutaan. Padahal sebelumnya pada hari itu ia nyaris mau melakukan bunuh diri karena kemiskinan.

"Saya dua kali mau bunuh diri minum racun serangga hidup di dunia ini susah, rumah kontrak waktu saya mau minum ada bisikan jangan pengecut hadapi hidup ini dengan kenyataan. Ketiga kalinya sekitar jam 11.00 WIB, makan duit nggak punya saya mau ke dapur ambil gelas tuang racun serangga, ada bisikan jangan pengecut hadapi hidup ini. Saya melongok, mengapa idup ini miskin kurang lebih jam 12.15 WIB datang pak pos ngasih surat. Ketika saya lihat dari Kedutaan Inggris," kenang Hermanto.

Kendati tidak bisa berbahasa Inggris ia menelpon berjanji datang ke Kedutaan Inggris. Ketika itu Hermanto tidak punya uang dan meminta diantar temannya, disana dia didampingi Staf Kedutaan Inggris, Lastri.

"Sekretaris I Kedutaan Inggris mengatakan bukan saya yang mengundang kamu tapi Perdana Menteri undang kamu datang ke kedutaan. Dinilai dengan uang tidak ada harganya kertas ini, tapi Anda harus bangga satu-satunya orang Indonesia yang diundang dari Perdana Menteri," jelas Hermanto karena ketekunannya, dia fasih berbahasa Inggris dan Mandarin.

Berkat pertemuannya dengan Margaret Thatcher inilah membuat Hermanto berhasil diterima sebagai guru di Gandhi Memorial School.

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved