Jembatan Baru Dibangun 9 Bulan Ambruk
Sebuah jembatan penghubung Kampung/Desa/Kecamatan Pasirwangi, dengan Jalan Pasirwangi ambruk, Minggu (31/3/2013)
Editor:
Yulis Sulistyawan

TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Sebuah jembatan penghubung Kampung/Desa/Kecamatan Pasirwangi, dengan Jalan Pasirwangi ambruk, Minggu (31/3/2013). Akibatnya, warga dan para pelajar SMPN 1 Pasirwangi harus menggunakan jalan setapak untuk berjalan kaki sejauh sekitar 500 meter melewati perkebunan.
Warga Kampung Pasirwangi, Wahyu (53), mengatakan longsor terjadi sekitar pukul 17.00 WIB. Saat itu terjadi hujan deras dan membuat arus selokan atau saluran irigasi Bongkor menjadi deras. Arus air yang deras ini mengikis fondasi kedua ujung jembatan.
"Waktu itu saya baru dari sawah. Tiba-tiba jembatan ambruk. Untung tidak ada orang di atas jembatan waktu ambruk itu. Selain jadi akses utama warga kampung, jembatan ini juga jadi akses utama ke SMPN 1 Pasirwangi," kata Wahyu saat ditemui di lokasi jembatan tersebut, Senin (1/4/2013).
Jembatan ini, ujarnya, baru berumur sembilan bulan. Jembatan ini didirikan sebagai pengganti jembatan yang ambruk beberapa tahun lalu, terletak tidak jauh dari jembatan yang baru ambruk.
Wahyu mengatakan warga segera mendirikan jembatan darurat dari bambu. Hal ini dilakukan untuk mempermudah warga melintas Selokan Bongkor. Terlebih, para pelajar SMPN 1 Pasirwangi akan mengikuti ujian nasional beberapa pekan mendatang.
Pelajar SMPN 1 Pasirwangi, Siti Mariah (14), mengatakan merasa kaget saat berjalan menuju sekolahnya, Senin pagi. Siti menemukan jembatan tersebut sudah ambruk. Akhirnya, Siti dan teman-temannya berjalan kaki melewati jalan kebun yang curam dan becek menuju sekolah.
"Untung tidak telat upacara. Butuh waktu 15 menit untuk berjalan memutar. Saya harap jembatan cepat diperbaiki. Jadi, tidak akan terlambat sekolah. Apalagi, sebentar lagi ujian nasional," ujarnya.
Siti mengatakan Kepala SMPN 1 Pasirwangi telah melarang para pelajarnya untuk memaksakan diri melintas melalui jembatan rusak. Namun, beberapa pelajar pria nekat melintasinya langsung dengan berjalan di atas puing-puing jembatan.
Reruntuhan jembatan ini menghalangi saluran air irigasi Bongkor yang menyambung dengan Saluran Irigasi Cikamiri. Karenanya, dikhawatirkan akan membendung air dan semakin membahayakan kawasan sekitarnya.
Warga lainnya, Ade (47), mengatakan selain mengambrukkan jembatan, longsor pun terjadi pada tebing di sekitar jembatan. Setidaknya tebing curam sepanjang sekitar 300 meter dan tinggi 100 meter yang longsor tahun 1982 kembali terkikis longsor.
Kali ini, ucapnya, selain membuat jembatan ambruk, sekitar 200 tumbak kebun warga ambles terbawa longsor. Tujuh rumah warga di bibir tebing terancam terkikis longsor susulan. Jarak antara bibir tebing dengan tiga rumah di antaranya hanya sekitar tiga meter.
"Sejak tahun 1982, tebing ini longsor terus tiap tahun. Sempat menghancurkan sebuah masjid dan kebun warga. Belum ada penanganan apapun dari pemerintah," kata Ade.
Para penghuni rumah yang terancam longsor, yakni rumah milik Ade, Udin, Rusli, Ajang, Irah, Ani, dan Ide, belum mengungsi. Warga khawatir longsor akan semakin membesar dan membahayakan nyawa warga. (tribun jabar/sam)