Harga Bawang Melambung
Bawang Impor Kosong, Bawang Lokal Laris Manis
Barang impor nyaris tidak ada sebulan ini. Kalaupun ada cuma datang kwintalan. Kemarin masih datang satu pikap atau 1,5 ton.

Laporan Wartawan Surya, Iksan Fauzi
TRIBUNNEWS.COM,BATU- Tiga hari ini sulit sekali menemukan bawang impor di Pasar Besar (PB) Kota Batu, bahkan nyaris kosong.
Namun, tidak adanya bawang impor ini memberi keuntungan bagi petani bawang lokal. Kini, bawang lokal laris manis diserbu pembeli.
Salah satu pedagang bawang di PB Batu, Sujiati (48)mengatakan, meskipun tidak ada bawang impor masih ada bawang lokal yang bisa dijual.
Ia mendapatkan bawang lokal ini dari Dusun Junggo Desa Tulungrejo, Kecamatan Karang Ploso, dan Pujon.
"Kalau yang saya jual ini dari Junggo. Kemarin dikirim dari Paraan Jateng," ujar Sujiati saat ditemui di stanya, Rabu (13/3).
Tiadanya bawang impor mendongkrak harga bawang lokal. Untuk bawang kering besar seharga Rp 45.000, kecil Rp 30.000.
Harga ini naik tiga kali lipat, biasanya hanya Rp 15.000 hingga Rp 20.000. Sementara, sebelumnya harga jual bawang impor Rp 60.000.
"Barang impor nyaris tidak ada sebulan ini. Kalaupun ada cuma datang kwintalan. Kemarin masih datang satu pikap atau 1,5 ton. Biasanya satu truk atau tujuh ton," kata sujiati yang sejak umur 15 tahun jualan sayur di PB Batu.
Sekarang, Sujiati memiliki persediaan bawang lokal satu ton lebih.
Para pedagang yang biasa kulakan kepadanya tidak mau beli banyak.
Biasanya pelangganya beli 10 kg sekrang 1 kg karena mahal.
Pelangganya tidak berani beli banyak. Di samping butuh modal besar juga khawatir harga akan anjlok jika bawang impor dalam waktu dekat datang.
"Bawang lokal ini bisa buat bibit dan bumbu. Kalau impor cuma untuk konsumsi bumbu saja," tambahnya sembari menata bawang yang diikat di kayu.
Kekosongan stock bawang impor juga melanda pedagang lainnya, Suprapto.
Ia memperkirakan, stock di Malang Raya juga habis karena sebagian besar pedagang di sana kulakan dari PB Batu.
Ia biasa kirim ke Pasar Porong, Pasar Gadang, Pasar Besar Malang, dan Tulungagung. Kalau di sini tidak ada, kemungkinan di pasar lain juga kosong.
"Saya 33 tahun di pasar, jadi tahu bawang mahal tidaknya. Bulan maret ini bawang kosong, baru sekarang kosong," tukasnya.
Sementara itu, bukan hanya harga bawang yang naik, tapi harga berambang di Batu juga lagi kosong.
Kalaupun ada, berambang yang dijual pedagang itu adalah bibit dijual karena harga lagi naik.
Sekarang berambang merah Rp 40.000/kg sepekan ini.
Sujiati mendapatkan berambang dari Sukomoro kawasan Kediri. Berambang yang dijual itu bibit, tapi dijual karena mahal.
Petani berfikir, kalau ditanam lagi belum tentu harga mahal seperti sekarang ini.
"Petani di sini (Batu) juga menjual bibit, misalnya satu orang punya dua ton, sebanyak 1,7 ton dijual. Kemarin ada petani mempunyai 1,7 ton, dijual 1,5 ton, sisanya ditanam," sambungnya.
"Saya hanya berani ambil berambang lima kwintal, tidak berani banyak. Saya jual per kg Rp 33.000," katanya.