Ada 'Orang Pintar' di Balik Polisi
Pengakuan itu disampaikan Mbah Tulus, bukan nama sebenarnya, seorang paranormal di Tuban.
TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA--“Saya memang sering dimintai tolong polisi. Macam-macam kasusnya, mulai pembunuhan, narkoba, pengamanan aksi demo hingga melacak pencuri pistol polisi.” Pengakuan itu disampaikan Mbah Tulus, bukan nama sebenarnya, seorang paranormal di Tuban.
Pengakuan tersebut senada dengan penelusuran Surya. Sejumlah perwira polisi di Polda Jatim dan Polrestabes Surabaya yang akrab dengan urusan perkara kriminal dan pengamanan, diketahui punya langganan paranormal.
"Fenomena (meminta bantuan paranormal) itu memang ada. Namun itu tidak bisa dijadikan sebagai alat bukti," kata Kasatreskrim Polrestabes Surabaya AKBP Farman, Selasa (19/2).
Mantan penyidik Mabes Polri itu buru-buru menjelaskan bahwa dalam pengungkapan setiap kasus harus berdasarkan fakta-fakta empiris. Penggunaan paranormal dalam mengungkap kasus, menurut Farman, tidak bisa dijadikan pegangan. "Jadi tidak dibenarkan menggunakan cara-cara seperti itu," kata Farman.
Kasubbid Penmas Polda Jatim AKBP Suhartoyo menegaskan, penyidik Polri tidak boleh menggunakan jasa paranormal dalam pengungkapan perkara. Metode itu dikhawatirkan menimbulkan fitnah atau salah tangkap.
“Takutnya, si paranormal ada kongkalikong dengan pihak lain. Bisa juga paranormal yang dimintai bantuan ternyata asal sebut. Lebih berbahaya jika si paranormal malah menuding orang yang tidak disukainya sebagai pelaku kriminalitas,” ungkap Suhartoyo.
Ia menjelaskan, pengungkapan sebuah perkara bisa dilakukan melalui teknik interogasi yang memanfaatkan kondisi psikologi tersangka atau saksi.
Suhartoyo boleh saja membantah, namun Mbah Tulus mengakui menjadi langganan sejumlah perwira polisi. Bukan hanya polisi di wilayah Jatim tetapi juga sejumlah polisi dari luar Jawa.
Pria berusia 63 itu mengatakan para polisi itu kerap datang langsung ke rumahnya. Namun ada juga yang menghubungi lewat telepon seluler (ponsel). Ia mencontohkan, seorang perwira di satuan reserse Polda Jatim kerap meminta bantuan memetakan kekuatan bandar narkoba yang jadi target operasi.
Polisi berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) itu biasanya bertanya apakah sang bandar bersenjata atau tidak, serta berapa orang yang mengawalnya. Selain itu, di manakah sang target menyembunyikan barang bukti.
“Saya membantu menerawang apakah orang yang akan disergap itu bisa membahayakan polisi atau tidak,” ujarnya. Contoh lain, Mbah Tulus diminta membantu mengungkap kasus pencurian pistol milik seorang anggota polisi.
Berkat penerawangannya, si pelaku akhirnya dapat ditangkap. Saat itu, sang perwira polisi sudah memiliki sejumlah nama yang dicurigai sebagai pelaku pencurian. “Dari nama-nama itu saya menunjuk satu nama. Ternyata benar, dialah pelakunya,” katanya.
Mbah Tulus juga memberi bantuan ketika terjadi aksi pengerahan massa di sebuah kawasan di Kalimantan Tengah. Mbah Tulus membantu mendatangkan hujan pada saat terjadi aksi massa, sehingga aksi anarkis bisa dicegah.
Mbah Tulus menunjukkan pesan melalui SMS yang isinya sang perwira minta agar didatangkan hujan. Pesan itu juga dilengkapi MMS (layanan pesan multimedia) yang memperlihatkan foto lapangan tempat massa berkumpul.
“Saya bukan satu-satunya faktor sehingga polisi berhasil. Mereka tetap harus bekerja keras. Saya hanya melapangkan jalan, selebihnya Gusti Allah yang bisa menentukan berhasil atau tidak,” katanya.