Sekolah Khusus ABK Belum Memadai
"Bukan hanya di Samarinda, dalam ukuran nasional-pun, dari 1000 unit sekolah yang dibutuhkan saat ini baru 200 yang tersedia
Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Doan Pardede
TRIBUNNEWS.COM SAMARINDA, - Upaya pemenuhan hak - hak anak berkebutuhan khusus hingga saat ini masih belum sesuai kebutuhan. Baik dai lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Hal itu diungkapkan Widarwati dari Yayasan Sinar Talenta yang menjadi pembicara dalam sosialisasi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang melibatkan orangtua di balaikota, Senin (18/2/2013).
Menurut Widarwati, hal itu bukan hanya terjadi di Indonesia melainkan di Indonesia.
"Bukan hanya di Samarinda, dalam ukuran nasional-pun, dari 1000 unit sekolah yang dibutuhkan saat ini baru 200 yang tersedia, itupun belum bisa berjalan semua" katanya.
Seperti diketahui, ABK adalah anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Yang termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, kesulitan belajar, gangguan prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.
Belum terpenuhinya kebutuhan tersebut menurutnya selain disebabkan oleh keterbatasan dana juga didukung minimnya Sumber Daya Manusia (SDM) untuk bidang tersebut. Untuk itu dia berharap dengan adanya sosialisasi ini bisa lebih memberi pemahaman lebih bagi para orang tua dalam memberikan pola pengasuhan bagi anak berkebutuhan khusus tersebut.
"Dengan keterbatasan pancaindra ABK lebih lebih fokus dalam satu pandangan dalam dirinya, untuk itu perlu penanganan dalam bagian lingkungan terlepas dari kompleksitas atau kekurangannya, oleh sesab itu memang sangat dibutuhkan kesabaran dalam menghadapinya" kata Widar.
Sementara itu, Kepala Badan Perberdayaan Masyarakat dan Perempuan Nurul Muminayati mengatakan, kebijakan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengamanatkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup dan diskriminasi.
"Karena sesuai dengan kekhususannya anak dengan kebutuhan khusus tersebut memerlukan pola pendidikan berbeda sesuai tingkat keparahan kondisi anak bersangkutan" katanya.
Terlebih bagi para orang tua lanjutnya, dalam menghadapi anak dengan kebutuhan khusus ini tentu memerlukan kesabaran ekstra. Untuk itu kata dia, pihaknya memandang perlu melakukan kegiatan ini guna lebih memberi pemahaman sehingga bisa lebih memberi daya dorong tersendiri dalam upaya pemulihan, selain peran penting guru ataupun terapis.
"Selain orang tua peran guru dalam penangan anak dengan kebutuhan khusus ini memang sangat diperlukan, sebab sebagaimana kita ketahui tidak sedikit anak dengan kebutuhan khusus tersebut saat ini bersekolah pada sekolah-sekolah umum" katanya.
Baca Juga :
- Balita Mulai Terserang Diare 13 menit lalu
- Pascabencana, Waspada Sakit ISPA dan Diare 31 menit lalu
- Warga Tunggu Penyaluran Bantuan 38 menit lalu