Komnas HAM: Bom Makassar Pelanggaran Serius
Komisi Nasional (Komnas) Hak Azasi Manusia (HAM) menilai teror bom molotov di Makassar dalam dua
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR -- Komisi Nasional (Komnas) Hak Azasi Manusia (HAM) menilai teror bom molotov di Makassar dalam dua pekan terakhir adalah kejadian serius yang harus diwaspadai.
Simpulan itu disampaikan Anggota Sub Komisi Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM, Siane Indriani, usai memantau lima gereja yang menjadi korban lemparan bom molotov.
Kepolisian Resort Kota Besar (Polrestabes) Makassar masih memeriksa beberapa saksi serta mempelajari rekaman closed circuit television (CCTV). lisi belum bisa menemukan tersangka dan belum merilis hasil identifikasi pelaku.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Sulsel Gazali Suyuti meminta semua pihak menahan diri dan tetap menjaga serta memelihara semangat kerukunan umat beragama.
Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar meminta warga dan aparat pemerintah kelurahan mengakitfkan kembali sistim keamanan lingkungan (siskamling) dan Pasukan Pengamanan Masyarakat Swakarsa (Pamswakarsa).
Aktivis Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Sulsel, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), dan Gerakan Pemuda Ansor Sulsel meminta Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulsel, Irjen Pol Mudji Waluyo, agar segera meletakkan jabatan jika tidak mampu mengungkap kasus teros bom di lima gereja tersebut dalam waktu dekat.
Anggota Komnas HAM mengaku langsung ke Makassar begitu mendengar adanya pelemparan bom di gereja lagi.
Indriani mengaku sudah dua hari di Makassar dan sudah melakukan peninjauan di lokasi tempat kejadian perkara (TKP).
Usai meninjau lima gereja yang menjadi sasaran pelemparan bom, Indriani bertandang ke redaksi Tribun mengikuti diskusi soal teror bom gereja Makassar bersama pendeta, akademisi, dan sejumlah aktivis.
“Bom ini serius. Kami minta Makassar waspada. Ada indikasi Makassar akan menjadi sasaran selanjutnya setelah Poso berhasil kita ‘amankan’,” ujar Indriani.
Menurutnya, Makassar selalu menjadi sasaran antara, biasa disebut ledakan dengan sumbu pendek. “Artinya, Makassar memiliki posisi strategi di negara ini. Berdasarkan pengalaman dan kejadian yang sudah ada, Makassar selalu menjadi pemantik. Setelah Makassar akan muncul di daerah lain,” jelas Indriani.
Saat meninjau Gereja Kristen Indonesia (GKI) di Jl Samiun, Indriani mengaku menemukan sejumlah kejanggalan. Hanya saja, dia menyimpulkan bahwa belua da indikasi pelempar bom itu adalah jaringan teroris.
“Belum ada indikasi ini dilakukan teroris. Justeru terindikasi kuat bahwa pelakunya itu orang profesional. Maksud saya, sangat profesional melempar,” ungkap Indriani.
Menurutnya, pelempar di GKI itu sangat ahli. “Bayangkan, dia bisa melakukan lemparan dari jarak jauh dan pas melewati celah jendela dan masuk ke ruangan gereja dan meledak. Waktunya sempit. Jadi dia melempar terburu-buru dan tepat sasaran. Sangat profesional,” jelas Indriani sambil memperlihatkan gambar “olah TKP” versi dia.
Dia menduga, pelempar melakukan aksi sambil congkok. Benda yang dilemparkan bergerak horizontal ke arah gereja dan pas melewati celah di jendela bangunan itu.
“Jadi dia tidak melempar sambil mengacungkan tangan seperti cara orang biasa melemparkan sesuatu. Lemparannya harus horizontal karena celah yang dilewati bom itu rendah,” ujar Indriani sambil memeragakan dugaa gaya si pelempar.
Menurutnya, kejadian di Makassar, 10 dan 14 Februari, memberi pesan kuat agar semua pihak untuk selalu waspada. “Kejadian ini mengingatkan kita akan adanya pesan yang mengusik ketenteraman kehidupan umat beragama. Ini ada upaya untuk membenturkan secara horizontal kaitannya dengan agama dan mulai masuk kedalam wilayah yang sensitif," jelas Indriani.
Dia berharap semua tokoh masyarakat dan agama bisa saling menjaga dan berhati-hati oleh isu-isu yang dapat memancing terpecahnya kerukunan antar umat beragama.
Desak Kapolda
Aktivis PMKRI Sulsel, Marcy, mendesak kapolda segera mengusut kasus tersebut. Dia menilai aneh jika polisi mengatakan sulit mengungkapnya karena dalih saksi dan alat bukti. “Padahal sudah jelas-jelas ada rekaman CCTV,” ujar Marcy.
“Kalau memang kapolda tidak bisa mengungkap kasus itu, lebih baik segera mengundurkan diri,” tegas Marcy menambahkan.
Hal senada disampaikan Direktur Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR) Sulsel, Abd Karim. “Polisi harus serius. Ini tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Kalau memang tidak bisa, sebaiknya kapolda mundur saja,” katanya.
Indriani mengaku sudah bertemu Kapolda Sulsel, Irjen Pol Mudji Waluyo, dan mengatakan agar peristiwa tersebut menjadi perhatian utama bagi kepolisian. Pasalnya, rentetan peristiwa pelemparan bom molotov di lima gereja memasuki wilayah yang sangat sensitif bagi ketentraman umat beragama. "Kami minta ke kapolda agar peristiwa ini diusut dengan tuntas katanya," tegasnya.
Sementara Wakil Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Kota Makassar, mendesak petugas keamanan segera mengungkap kasus para peneror bom molotov yang sudah sangant meresahkan warga Makassar.
Belum terungkapnya kasus membuktikan bahwa aparat kepolisian lemah dalam melakukan deteksi dini khususnya terkait kinerjanya," polisi lemah dalam mengungkap kasus ini," ungkapnya.
Dua hari pasca pelemparan bom molotov tiga gereja di Makassar, polisi belum menetapkan seorang pun sebagai tersangka. Bahkan polisi belum merilis hasil identifikasi pelaku di balik aksi teror ini.
Guna mencegah aksi susulan, Pemkot Makassar meminta warga dan aparat pemerintah kelurahan mengaktifkan kembali sistim keamanan lingkungan atau siskamling dan pamswakarsa. “Saya sudah perintahkan seluruh camat dan lurah untukmengaktifkan kembali siskamling dan pamswakarsa di wilayah masing-masing,” tegas Ilham.
Ketua DPD Partai Demokrat Sulsel ini menyimpulkan sementara, aksi tersebut merupakan tindak kriminal biasa atau murni. Kendati demikian, ada pihak tertentu mengait-ngaitkan teror tersebut dengan situasi politik di Sulsel yang sedang memanas.
"Bom gereja merupakan tindakan kriminal tapi manfaatkan momentum, momentum pilkada," kata calon Gubernur Sulsel ini.
Polisi diminta segera mengusut tuntas dan mengungkap motif kasus ini. Ilham mengatakan, tak menutup kemungkinan di balik kasus ini ada upaya provokatif. Pemboman gereja bisa saja tak berhenti sampai di sini. “Bisa saja hari ini gereja, besok masjid, besok pura, besoknya vihara,” kata Ilham.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Sulsel Gazali Suyuti meminta seluruh umat beragama tetap menjaga kerukunan dan tidak terpancing isu yang dikembangkan pihak tertentu. “Kami minta semua pihak agar tetap menjaga kerukunan umat beragama. Kejadian ini jangan dikaitkan dengan serangan agama lain ke agama tertentu,” tegas Gazali.
Kapolrestabes Makassar, Kombes Joseph Wisnu Sandjaja, mengatakan, polisi telah memeriksa dua saksi dari Gereja Toraja Klasis di Panakkukang dan dua saksi untuk GKI di Jl Samiun.
Saksi merupakan satpam gereja dan berada di tempat kejadian saat aksi pelemparan bom terjadi.
“Kami sudah mintai keterangan empat satpam dari dua gereja,” kata Wisnu dalam konfrensi pers usai bertemu Wali Kota Makassar, di Jl Maipa, Makassar, kemarin.
Menurutnya, polisi masih mengumpulkan sejumlah barang bukti dari tempat kejadian untuk kepentingan penyelidikan. Kesimpulan sementara polisi, pelemparan bom merupakan tindak kriminal biasa dan belum mengarah teror eskalasi besar.
Bom digunakan merupakan bom berdaya ledak rendah (low eksplosive), bukan berdaya ledak tinggi (high eksplosiove, sehingga kata Wisnu, bisa disimpulkan pelaku bukan bagian dari jaringan teroris di Indonesia.
Kepala Bidang Humas Polda Sulsel, Komisaris Besar Endi Sutendi, mengkonfirmasikan, penyidik sudah memeriksa puluhan saksi dan mempelajari rekaman CCTV yang berdurasi 20 detik di Gereja GKI di Jl Samiun No 17 Makassar.
Dalam rekaman itu, terlihat dua motor berboncengan melintas di depan gereja. Kemudian pelaku yang dibonceng mengenakan helm dan jaket hitam turun dari motor dan melempar gereja menggunakan bom molotov yang terlebih dulu dibakar sumbunya. Usai melakukan aksinya para pelaku kemudian melarikan diri," masih dalam penyelidikan dan pemeriksaan beberapa saksi," kata Endi.
Terpisah, Wakasat Reskrim Polrestabes Makassar, Kompol Anwar Hasan, mengatakan, pihaknya kini telah memeriksa beberapa saksi, hanya saja tidak ada info spesifik dari keterangan saksi karena tidak melihat langsung pelakunya," pelakunya masih dalam lidik, karena keterangan saksi sebatas melihak saja tampa ada spesifik ciri-ciri pelaku," jelasnya.
Selain itu, pemeriksaan saksi, kata Anwar, pihaknya juga telah melakukan prarekonstruksi untuk mempelajari kondisi sekitar gereja yang di bom dan juga untuk melacak waktu-waktu kejadian pelemparan molotov dan berupaya mengumpulkan data dan bukti-bukti terkait.
Polrestabes Makassar akan menggelar rapat koordinasi dengan pengurus atau pengelola rumah ibadah. Rapat akan digelar di Mapolrestabes Makassar, Sabtu (16/2). Dalam rapat ini akan dibahas pengamanan rumah ibadah pasca teror bom.
"Besok, kami kumpulkan pengurus rumah ibadah membahas pengamanannya, termasuk bagaimana penggunaan CCTV tiap rumah ibadah," kata Wisnu.
Pasca teror bom, tiap gereja di Makassar dijaga dua polisi berseragam atau pengamanan terbuka dan polisi intel untuk pengamanan tertutup.
Wali kota menerbitkan surat edaran soal mengaktifkan kembali pam swakarsa dan siskamling kepada lurah dan camat. Surat diterbitkan, tertanggal, 15 Februari 2013. Masyarakat diminta berpartipasi secara menyeluruh dalam pengamanan rumah ibadah.(Tribun Timur/cr1/cr3/cr6/ilo/edi)
Baca juga: