Jumat, 3 Oktober 2025

ISPA Di Samarinda Belum Bisa Masuk KLB

Dari hasil penelitian tersebut, ISPA menjadi penyakit tertinggi yang diderita masyarakat di Samarind

Editor: Budi Prasetyo
zoom-inlihat foto ISPA Di Samarinda Belum Bisa Masuk KLB
Penderita ISPA

TRIBUNNEWS.COM SAMARINDA, - Kendatipun Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Samarinda mencatat bahwa  40 persen dari total 902.000 jiwa penduduk mengalami Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), hal ini belum bisa digolongkan kepada Kasus Luar Biasa (BLB).

Dari hasil penelitian tersebut, ISPA menjadi penyakit tertinggi yang diderita masyarakat di Samarinda, mengalahkan lima penyakit lainnya. Juga tercatat bahwa penderita ISPA terbesar berada di wilayah pedesaan. Dimana 80 persen penderita ISPA berada di pedesaan yang diduga dekat dengan daerah eksploitasi tambang yang menimbulkan debu.

Menurut Kepala Dinkes Samarinda, Nina Endang Rahayu untuk menggolongkan kasus menjadi KLB ada beberapa syarat yang harus dipenuhi, diantaranya trend kenaikan jumlah kasus dari tahun pertahun. Menurutnya sudah ada ukuran standar maksimal dan minimal dalam pengukuran trend tadi.

"Salah faktor yang menjadi indikator dikatakan kejadian luar biasa harus didasarkan pada trend peningkatan kasus dari tahun ke tahun. Semua penyakit termasuk ISPA kita pantau trend-nya dari tahun ke tahun maksimal dan minimalnya. Kalau sudah diatas dari maksimum dan syarat lainnya batu bisa dikatakan kejadian luar biasa. Kalau ISPA ini belum," kata Nina kepada tribunkaltim.co.id, Rabu (2/1/2012).

Tapi menurutnya juga, bila memang kasusnya semakin bertambah dan dari waktu ke waktu, bukan tidak mungkin ISPA digolongkan KLB. Bila memang digolongkan BLB, menurutnya akan ada penanganan khusus yang disesuaikan dengan  Standart Operation Procedure (SOP) yang ada.

Nina memaparkan, bahwa penyebab ISPA ada dua hal yakni faktor lingkungan dan daya tahan tubuh seseorang. Diakuinya, untuk lingkungan ada hal - hal yang sudah tidak bisa dirubah. Maka untuk mengurangi dampak masyarakat dapat melakukan pencegahan dari diri sendiri. Salah satunya dengan menggunakan masker.

"Ada faktor lingkungan yang sudah tidak bisa kita ubah lagi. Maka sekarang diri kita, gunakan masker ketika berkendara. Masker itu sudah sangat efektif untuk menghindari. Kecuali kalau dia didaerah tambang khusus. Kalau awam, yang biasa sudah cukup," katanya.

Nina juga mengakui bahwa sebelumnya pihaknya kurang maksimal mensosialisasikan masa - masa suatu penyakit akan mudah mewabah.

"Memang ada masa - masanya kapan penyakit itu akan bertambah kasusnya. Seperti untuk musim kemarau itu ISPA. Jadi, masyarakat sudah bisa mempersiapkan diri dengan memakai masker ketika berkendara, contohnya," katanya.

Baca  Juga  :

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved