Jumat, 3 Oktober 2025

Ribuan Warga Cipatat Kesulitan Air Bersih

Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, di Desa Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung

Editor: Hendra Gunawan
zoom-inlihat foto Ribuan Warga Cipatat Kesulitan Air Bersih
TRIBUN SUMSEL/ABRIANSYAH LIBERTO
Ilustrasi

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -- Keberadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, di Desa Sarimukti, Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat (KBB) kembali diusik warga. Pasalnya selain menyebarkan bau menyengat, limbah cair yang berasal dari TPA Sarimukti diduga mencemari Sungai Cipicung. Akibatnya warga takut untuk menggunakan air sungai yang tercemar limbah cair sampah tersebut.

Limbah cair yang berasal dari TPA Sarimukti tersebut sudah mengotori Sungai Cipicung sejak beberapa bulan lalu. Akibatnya ribuan warga di tiga kampung yakni Kampung Cipicung Tengah, Cipicung Hilir, dan Kampung Cinagrog mengalami kesulitan air bersih. Sebab warga di tiga kampung itu biasa menggunakan air yang berasal dari sungai tersebut untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan memasak.

Salah seorang tokoh masyarakat Desa Sarimukti, Nana (65), mengatakan pencemaran sungai itu termasuk sudah cukup parah. Pasalnya air sungai tak bisa lagi digunakan warga karena kondisinya yang sudah berubah warna, berbau serta berbusa.

"Batu-batuan sungai saja menjadi berlendir, licin, dan berbau. Apalagi airnya, kelihatan jelas kalau sudah tercemar," kata dia saat ditemui wartawan di Desa Sarimukti, Jumat (21/12/2012).

Dikatakan Nana, sebenarnya pencemaran Sungai Cipicung mulai terlihat sejak beberapa tahun lalu. Namun menurut Nana, saat itu, air sungai masih dapat digunakan warga untuk mencuci dan mandi.

"Tapi sekarang banyak warga yang kesulitan air bersih setelah air sungai tercemar makin parah," katanya.

Hal senada juga dikatakan warga lainnya, Asep Tri (28). Menurut Asep, sejak air sungai tercemar limbah sampah yang berasal dari Kota Bandung dan Kota Cimahi itu, banyak warga yang terpaksa membeli air bersih untuk kebutuhan sehari-hari seperti mencuci, mandi, hingga minum, dan memasak.

"Kami terpaksa beli air galon atau minta dari sumur warga yang airnya masih bagus," jelas dia.

Bahkan pada musim kemarau, kata dia, warga di tiga kampung terpaksa hanya mengandalkan pasokan air dari sumur warga dan bantuan air bersih yang dipasok dari PDAM. Setiap harinya, kata dia, warga harus berebut air bersih karena hanya mendapat dua tanki air bersih per hari.

Padahal kata dia, meskipun musim kemarau, Sungai Cipicung yang melintasi tiga kampung di desa itu tak pernah mengalami kekeringan seperti sungai-sungai lainnya. Bahkan menurut dia, beberapa tahun lalu, air Sungai Cipicung terkenal sangat bersih dan jernih sehingga bisa dimanfaatkan warga untuk berbagai kebutuhan.

"Sekarang tidak ada warga yang mau menggunakan air sungai karena khawatir gatal-gatal bahkan sakit," tambah Asep. (Tribun Jabar/Zezen Zaenal)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved