Puluhan Gajah Kepung Desa Tanjung
Hampir satu pekan suasana di Desa Tanjung Kecamatan Tujuh Kota, Tebo, mencekam. Sejak Minggu (16/12/2012) pagi, sekawanan

TRIBUNNNEWS.COM, MUARA TEBO - Hampir satu pekan suasana di Desa Tanjung Kecamatan Tujuh Kota, Tebo, mencekam. Sejak Minggu (16/12/2012) pagi, sekawanan gajah 'mengepung' desa ini.
Kades Tanjung Yulianto mengatakan, hingga Kamis (20/10/2012) sore, kawanan gajah yang diperkirakan berjumlah puluhan ekor itu masih berkeliaran di pinggir desa. Gajah-gajah hutan ini merusak kebun sawit serta karet milik warga.
"Yo hampir seminggu lah. Seingat aku mulai hari Minggu pagi itu diketahui oleh masyarakat yang hendak ke kebun," ujar Yulianto, Kamis sore.
Ia mengatakan, kawanan binatang raksasa ini juga terkesan masih menjaga jarak dengan permukiman. Mereka belum masuk hingga ke tengah permukiman penduduk, hanya berkeliaran di kebun-kebun masyarakat di pinggir desa.
Ia mengatakan, sulit untuk menebak seberapa besar kemungkinan gajah masuk ke desa yang berbatasan dengan Kabupaten Dasmasraya, Sumatera Barat ini. Beberapa kali kawanan gajah terpantau berkeliaran hingga ke jalan aspal.
"Tinggal berjarak sekitar 700-800 meter dari rumah terakhir di pinggir desa. Kalau kebun rusak nak disebut, banyak nian yang rusak," ujar Yulianto lagi.
Hanya saja, ia mengatakan pihaknya belum bisa memastikan seberapa parah kerusakan yang terjadi di kebun masyarakat tersebut.
Masyarakat desa belum bisa memeriksa kondisi kebun mereka secara keseluruhan karena khawatir menjadi korban.
Mengantisipasi akibat yang bisa timbul lebih besar lagi, selama beberapa hari masyarakat terus berjaga-jaga. Untuk menakut-nakuti gajah, masyarakat menyalakan api di pinggir kebun.
Tidak hanya dengan perapian dari kayu bakar, agar api bisa bertahan lebih lama, pemilik kebun biasanya membakar ban bekas.
Tak hanya menyalakan api, untuk membuat takut gajah, agar tidak masuk ke perkampungan, masyarakat membunyikan kentongan. Sementara sebagian lainnya membuat dan membunyikan meriam bambu.
"Kami pakai karbit, biar suaranya lebih keras. Tapi tetap saja gajahnya tidak mau pergi," sebutnya.
Yulianto mengaku sudah melaporkan persoalan ini kepada Camat Tujuh Koto, Himawan. Bersama warga, pemerintah desa juga merencanakan untuk menggiring lagi kawanan gajah ini ke dalam hutan.
"Hari Sabtu (22/12) besok rencananya akan kita giring lagi ke hutan. Ke sinilah bae lah, biar tahu caranya," ujar Yulianto lagi.
Disebutkannya, pihaknya berniat meminta bantuan Polres dan Koramil setempat untuk menggiring kembali kawanan gajah ini ke dalam hutan. Namun jika bantuan tak mereka dapatkan, warga juga bertekad melakukannya sendiri.
Menariknya, sepengetahuan Yulianto, hampir setiap tahun desa mereka disatroni kawanan gajah. Hampir setiap tahun pula gajah yang datang selalu mencapai angka puluhan ekor. Sehingga kerusakan kebun yang menimpa warga selalu cukup besar.
"Mungkin nanti kami akan minta bantuan bibit dari Dinas Kehutanan atau Perkebunan. Untuk mengganti kabun yang rusak," tutupnya.
Seorang warga bernama Tarmizi juga mengakui melihat gajah sudah dalam jarak yang relatif sangat dekat permukiman penduduk. "Bahkan ada orang yang dikejar," ujar Tarmizi via telepon.