Mobil Berisi 9 Peziarah Tenggelam Sungai
Sebenarnya kami sudah mengingatkan ke sopirnya, jangan lewat penyebrangan ini meski lebih dekat. Namun, nggak tahu kok tetap lewat
TRIBUNNEWS.COM,BLITAR - Acara ziarah haji yang dilakukan sekeluarga ini mendadak berubah jadi petaka. Itu akibat mobil Suzuki Carry yang ditumpangi sembilan penumpang terjebur ke Sungai Brantas sehabis melewati perahu penyebrangan di Dusun Bedali, Desa Purwokerto, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, Rabu (7/11) malam.
Akibatnya, kesembilan penumpang dan mobilnya langsung tenggelam. Namun, dari sembilan penumpang itu, enam orang berhasil diselamatkan beberapa menit setelah mobil terjebur.
Yang menyelamatkan adalah tiga tukang perahu. Sedang tiga penumpang lainnya, yang tak lain ibu, anak dan keponakannya langsung terseret arus bersama mobilnya yang tenggelam tersebut.
Diperkirakan, posisi ketiga korban masih di dalam mobil saat mobil itu tenggelam dan terseret arus. Kesembilan penumpang itu tak lain satu keluarga, yang terdiri tiga kepala keluarga dengan masing-masing mengajak keluarganya. Mereka berasal dari Dusun Kembang Sore, Desa Karang Talun, Kecamatan Keras, Kediri. Yakni, Eko Suryadi (56), dan istrinya, Karini (50), dengan dua anaknya dan dua menantunya. Yakni, Purwanti (38), dan suaminya, Sutrisno (45), sopir carry, serta Iswanti (35), dan suaminya, Imam Santoso (37).
Selain itu, ada tiga penumpang lagi yang masih anak-anak, yakni Miftakhudin (13), Bima (10), serta Sifa. Bima dan Sifa adalah anaknya Iswanti sedang Udin atau Miftahudin adalah anaknya Purwati. Saat kecelakaan itu terjadi, Sifa dipangku neneknya, Karini, dan duduk di bangku tengah, sedang Udin dan Bima duduk di bangku belakang bersama Iswati.
Dari sembilan penumpang itu, yang sampai Kamis (8/11) siang kemarin belum ditemukan adalah Purwati, dan anaknya Udin serta keponakannya, Bima, yang tak lain anak adiknya.
"Mereka itu mau ziarah haji ke rumah kakak saya," tutur Slamet (40), adik Eko Suryadi, ditemui di TKP, Rabu malam itu.
Slamet menuturkan, sebenarnya, ia mau ikut rombongan itu namun karena berangkatnya siang sekitar pukul 14.00 WIB sehingga tak bisa dan rencananya mau berangkat sendiri dengan naik sepeda motor sehabis magrib. Namun, ketika akan menyusulnya, ia sudah mendapat kabar duka seperti itu.
"Sebenarnya kami sudah mengingatkan ke sopirnya, jangan lewat penyebrangan ini meski lebih dekat. Namun, nggak tahu kok tetap lewat sini," tuturnya.
AKP Ngadiman Rahyudi, Kasat Reskrim Polres Blitar menjelaskan dugaan awal, selain si sopir tak paham medan jalannya di penyebrangan itu yang sempit dan menanjak juga karena kondisi kelayakan mobilnya. Menurut sejumlah saksi, sebenarnya, mobil itu sudah meninggalkan perahu sehabis menyebrang Sungai Brantas.
Namun entah apa yang terjadi, saat berada di tanjakan habis meninggalkan perahu, mendadak mesinnya mati. Karuan, penumpang panik dan menjerit karena mobilnya macet dan berjalan mundur.
Melihat mobil mundur, ketiga tukang perahu, Timbul (50) dan Muchson (40), dan Narko (60), dengan cepat melompat dari perahunya dan berusaha menahannya. Ditahan bertiga tak kuat, Timbul mengambil bongkahan kayu di dalam perahu buat menahan bannya (dikek). Bongkahan kayu itu sengaja disiapkan buat menahan mobil yang menyebrang di perahunya.
Namun, tanpa diduganya mobil itu tetap mundur dan langsung terperosok kembali ke perahu. Setelah menghantam perahu dan besi pengaman buat pegangan para penumpang perahu, mobil itu terjebur ke sungai dan tenggelam bersama kesembilan penumpangnya. Posisi mobilnya langsung tenggelam separuh dengan bodi depannya di atas permukaan.
Melihat hal itu, Timbul dan Muchson dengan memakai pelampung jurigen ukuran 15 liter yang diikatkan di perutnya langsung menjebur ke sungai untuk menolong korban. Saat itu mobilnya masih terlihat separuh.
"Kami langsung menjebur. Untungnya, kedua pintunya, depan sebelah kiri dan belakang sebelah kiri sudah terbuka. Kami nggak tahu apakah pintu mobil itu dibuka korbannya atau terbuka sendiri akibat terbentur dan masuk sungai itu. Kami bisa mengambil para korbannya karena pintunya terbuka itu," ujar Timbul.
Menurut Timbul, evakuasi korban tak butuh waktu lama. Meski kondisinya gelap dan gerimis namun hanya hitungam beberapa menit, ketiga tukang perahu itu berhasil menyelamatkan satu per satu korbannya. Tanpa dibagi tugas, ketiga tukang perahu itu seperti sudah terlatih. Timbul dan Narko turun ke sungai sedang Muchson berjaga-jaga di atas perahu.