Tawuran Pelajar
Operasi Senyap Penangkapan Fitra Ramadhani
Giyanto mengungkapkan, saat penangkapan, warga sekitar tidak banyak yang mengetahui.

TRIBUNNEWS.COM, JOGJA - Cerita penangkapan Fitra Ramadhani (19) alias Doyok, di rumah kontrakan di Prayan Wetan RT 06/-35 Condong Catur, Depok, DIY, oleh aparat reserse Polres Jakarta Selatan pada Kamis (27/9/2012) pagi, tidak banyak diketahui warga sekitar.
Sebab, sekitar enam petugas yang datang, tidak menunjukkan gelagatnya sebagai polisi yang sedang mengejar target operasi.
Mereka muncul seperti tamu-tamu bermobil yang sering datang ke rumah kontrakan, yang kebanyakan penghuninya adalah mahasiswa asal Jakarta.
Demikian juga pemilik kontrakan, Giyanto, yang ditemui Tribun pada Jumat (28/9/2012) sore, mengaku terkejut ketika mengetahui rombongan dua mobil Avanza hitam ke rumah itu tak lain adalah polisi.
Meski mengaku tak panik, namun dia masih bertanya-tanya, dari mana para reserse mengetahui alamat rumah kontrakannya.
Yang jelas, Kamis sekitar pukul 06.00 WIB, Giyanto masih berada di tengah sawah, sekitar beberapa ratus meter dari rumahnya.
Pagi itu, dia seperti biasanya sedang merawat sapi-sapinya, yang dikandangkan di lokasi jauh dari permukiman.
Sekitar pukul 07.15 WIB, Giyanto memutuskan pulang ke rumah, yang berdampingan dengan rumah kontrakan miliknya.
"Saya melihat ada dua mobil, yang satu Avanza hitam di depan kontrakan. Sekitar empat orang berbadan tinggi berdiri di teras rumah. Saya tak menyangka mereka polisi," ungkapnya, ketika ditemui saat merawat sapi di tengah sawah, Jumat petang.
Singkat cerita, seorang petugas menghampirinya, dan bertanya apakah benar Giyanto merupakan pemilik rumah kontrakan bercat orange menghadap ke selatan itu.
Giyanto saat itu mengiyakan. Setelah beberapa menit berbincang dengan polisi, Giyanto baru mengetahui sebelumnya, bahwa para petugas telah bertanya soal lokasi rumahnya kepada seorang perempuan tak jauh dari lokasi, yang kebetulan merupakan saudara Giyanto.
Petugas itu lalu bertanya apakah Giyanto mengenal orang yang menginap di kamar Adi, salah satu penghuni kamar kontrakan.
Petugas itu bertanya sambil menunjuk Fitra, yang dibawa ke luar rumah oleh dua petugas untuk ditunjukkan kepadanya.
Giyanto menjawab tidak mengenalnya. Namun, petugas itu justru kembali bertanya, mengapa pemilik rumah tidak mengenali identitas orang yang menginap di rumah kontrakannya.
"Saya tetap tenang. Sudah menjadi kebiasaan di rumah kontrakan atau kos di wilayah ini, banyak tamu datang dan pergi. Kalau dia resmi pengontrak, saya pastikan mendatanya. Tapi, beberapa kali yang menginap adalah saudara mereka. Jadi, selama penghuni kamar tidak melaporkan, seperti warga lainnya, saya pun tidak membatasinya, asal bukan perempuan," tutur Giyanto.
Meski begitu, menurut Giyanto, para petugas itu tidak mempersoalkannya lebih jauh. Mereka lalu membawa pemuda yang bernama Fitra, serta dua orang lainnya, yaitu kakak Fitra dan Adi si pemilik kamar.
Kakak Fitra dan Adi masuk ke dalam mobil Avanza dalam kondisi normal tanpa pengamanan ketat, sedangkan Fitra diborgol dan digiring ke dalam mobil.
Giyanto mengaku menyaksikan runutan peristiwa senyap itu, hingga rombongan dua mobil lenyap dari pelataran rumah kontrakannya, sekitar pukul 08.00 WIB.
Giyanto mengungkapkan, saat penangkapan, warga sekitar tidak banyak yang mengetahui. Keramaian yang wajar di rumah kontrakan itu tidak sampai menyita perhatian warga sekitar.
Tentu saja, mereka benar-benar tak menyangka, bahwa terduga pelaku pembacokan pelajar di Jakarta ditangkap di Jogjakarta, yang tak lain di rumah kontrakan yang tak jauh dari rumah mereka.
"Saya pun baru paham setelah penghuni kamar kontrakan yang masih tertinggal meminta maaf atas kejadian itu, dan menjelaskan semuanya," terang Giyanto. (*)
BACA JUGA