Semarak Lampu Tujuh Likur Hanya Ada di Malam 27 Ramadan
Kemeriahan tujuh likur dengan segala lampu likur di Desa Mancung Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung cukup semarak

Laporan Wartawan Bangka Pos, Riyadi
TRIBUNNEWS.COM, BANGKA - Kemeriahan tujuh likur dengan segala lampu likur di Desa Mancung Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung cukup semarak. Kemasannya, terdiri dari tampilan bambu dan kaleng atau botol, dengan bahan bakar minyak tanah.
Hal itu terpantau Bangkapos.com (Tribun Network) hingga Kamis (16/8/2012) dini hari saat acara Malam Wisata dan Budaya Tujuh Likur di Desa Mancung Kecamatan Kelapa Kabupaten Bangka Barat. Tujuh likur dengan segala lampu 'minyak tanah' yang jumlahnya mencapai belasan ribu ini, hanya ada di Desa Mancung setiap malam 27 bulan Ramadan.
"Lampu tujuh likur, mengedepankan kreativitas masyarakat kami, tidak hanya sekadar membuat gemerlap dan menghiasai, menerangi kampung kami saja," ujar Herri kepada bangkapos.com Kamis (15/8/2012) dini hari.
Lebih jauh, kemasannya juga menarik seperti Gerbang Likur, merupakan sebuah kreativitas tinggi masyarakat di Desa Mancung.
"Kemeriahan tujuh likur dengan segala lampunya berbeda dengan kemeriahan lampu di Pekan Raya Jakarta (PRJ)," ujar Herri.
Menurutnya, susunan lampu likur di setiap gerbang likur memiliki pesan dan makna religius seiring momentum Bulan Ramadan.
Sejauh ini lampu di PRJ, menggunakan teknologi dan listrik yang sudah relatif canggih. Tidak demikian halnya dengan budaya tujuh likur di Desa Mancung yang hnaya menggunakan bahan bakar minyak tanah.
Baca Juga: