704 Ribu KK Terancam Krisis Air Bersih
Sekitar 704 ribu kepala keluarga di 24 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah terancam krisis air bersih yang disebabkan kekeringan
Laporan Wartawan Tribun Jogya . Bakti Buwono Budiastyo
TRIBUNNEWS.COM SEMARANG, - Sekitar 704 ribu kepala keluarga di 24 Kabupaten/Kota di Jawa Tengah terancam krisis air bersih yang disebabkan kekeringan. Namun, penanganannya hingga sekarang masih ditangani pemerintah kabupaten dan kota masing-masing. Belum ada yang ditangani provinsi.
"Kalau yang sudah mengajukan bantuan itu kabupaten Rembang, Blora dan Wonogiri. Rata-rata kekurangan air bersih," kata kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah Sarwa Permana di kompleks kantor Gubernur Jawa Tengah, Selasa (7/8/2012).
Ia mengatakan, jika pemerintah kabupaten/kota membutuhkan bantuan pemerintah provinsi maka harus ada pernyataan tanggap darurat dari bupati atau walikota. Untuk penanganan kekeringan terdapat beberapa tahap antara lain melalui badan koordinasi wilayah (bakorwil). Di bakorwil ada sekitar 1.000 hingga 1.200 tangki air yang siap di drop.
Jika sudah tidak tertangani, maka akan dialihkan ke bapernas. Di tahap nasional itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) penanganannya sudah tidak sekadar didrop. Penanganan bencana kekeringan dengan pembangunan infrastruktur semisal pipanisasi atau pembuatan embung.
"Nanti kami bekerjasama dengan dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA). Nanti yang bikin pipa ESDM. Kalau untuk embung diprioritaskan di titik-titik tertentu soalnya dananya terbatas," kata Sarwa.
Untuk efek kekeringan di daerah Jawa Tengah biasanya menimbulkan kekurangan sumber daya air. Untuk kebakaran hutan masih didominasi di luar jawa.
Terpisah, anggota komisi D DPRD provinsi Jateng Hadi Santoso yang sedang memantau lokasi kekeringan di kabupaten Wonogiri mengatakan kondisi di sana perlu diperhatikan. Sejumlah tujuh embung milik pemerintah provinsi kering kerontang. Daerah yang dipantaunya yakni Pracimantoro, Paranggupito, eromoko, wuryantoro.
"Yang saya lihat di sini penanganannya terlalu sporadis semisal ngedrop air," katanya.
Sebenarnya ada potensi sumber air bersih di daerah Wonogiri yaitu sungai bawah tanah yaitu Banyutowo. Berdasarkan penelitian debit air di sana mencapai 800 kubik per detik. Tentunya perlu pengangkatan dari bawah tanah yang membutuhkan investasi.
Kepala Seksi Data Dan Informasi BMKG Reni Kraningtyas, menjelaskan di beberapa wilayah di Jawa Tengah memang mengalami kemarau lebih panjang yaitu Blora, Grobogan dan Cilacap. Mundurnya tidak lama, hanya sekitar 10 hari. Misalnya kemaru yang seharusnya akhir Mei, tahun ini mulai pertengahan Mei.
"Saat ini Ada Taifun Haiku dan badai thirteen. Uap air dari dua badai itu banyak terbawa ke darat, dan mengakibatkan kemarau lebih panjang," jelasnya. (bbb)
Baca Juga :
- Pelabuhan Bakauheni Bangun 2 Gank Way 5 menit lalu
- Salah Tangkap, Warga Luruk Polsek Trowulan 22 menit lalu
- Dua Motor Tak Bertuan Ditemukan di Semak Belukar 30 menit lalu
- Hakim Bebaskan Penyelundup 34 Kontainer Pakaian Bekas 33 menit lalu